Sleman (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengapresiasi pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tamanmartani, Kabupaten Sleman yang telah melakukan pengiriman refuse-derived fuel (RDF) ke PT Solusi Bangun Indonesia (SBI).
"Secara khusus saya sampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Sleman, PT SBI, TPST Tamanmartani dan seluruh pihak yang turut berkolaborasi dan berkontribusi dalam pengelolaan sampah ini," kata Sri Sultan HB X dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekda DIY Beny Suharsono pada pengiriman RDF perdana di TPST Tamanmartani, Selasa.
Menurut Sultan, dalam pengelolaan sampah produksi masyarakat regulasi dan kebijakan saja tidak cukup, butuh partisipasi dari berbagai pihak.
"Sama seperti isu-isu lainnya, pengelolaan sampah perlu dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh pihak, mulai dari hulu hingga ke hilir," katanya.
Ia mengatakan RDF tidak semata-mata soal pengurangan volume sampah atau soal memperpanjang usia tempat pembuangan akhir (TPA). Melainkan, RDF juga menyentuh isu konservasi sumber daya alam, reduksi emisi gas rumah kaca, pengurangan polusi, pembangkitan energi, diversifikasi sumber energi, pengembangan ekonomi, kepatuhan regulasi, dan masih banyak lagi.
"Dengan kata lain, meski konsep RDF sama sekali bukan hal yang baru, namun situasi dan kondisi terkini di tataran global telah memperkuat posisi RDF sebagai salah satu alternatif solusi, dalam mendorong kehidupan dan penghidupan yang lebih baik bagi semua," katanya.
Lebih lanjut, di satu sisi, agenda hari ini merupakan milestone (tonggak pencapaian) penting, bagi perwujudan komitmen kita bersama untuk memberi nilai baru kepada apa yang semula masuk ke dalam kategori sampah.
"Besar harapan saya, agar kita semua dapat sepaham dan sepakat, bahwa proses pengolahan dan pemanfaatan RDF bukannya tanpa kelemahan," katanya.
Dalam pengolahan sampah ke RDF misalnya, ada aspek dampak lingkungan yang perlu senantiasa disupervisi dan dievaluasi, termasuk pula terkait jenis teknologi pengolahannya, apakah sudah memenuhi standar atau belum.
"Mari kita semua jadikan kelemahan tersebut sebagai catatan mental bersama, sekaligus sebagai dasar untuk terus berinovasi. Yang tidak kalah penting, semoga kita semua sepakat dan sepaham, bahwa 3R penanganan sampah (refuse, reduce, reuse) tetaplah merupakan solusi terbaik, dan harus dimulai di tataran individu atau rumah tangga," katanya.