BPBD DIY memastikan jalur evakuasi Merapi dalam kondisi siap

id evakuasi Merapi,erupsi Merapi,BPBD DIY

BPBD DIY memastikan jalur evakuasi Merapi dalam kondisi siap

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (24/1/2024). Data BPPTKG pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di daerah potensi bahaya dan menghimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar serta awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi yang saat ini berada di tingkat aktivitas Siaga (level III). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memastikan seluruh jalur evakuasi di kawasan lereng Gunung Merapi di wilayah ini dalam kondisi siap untuk mengantisipasi apabila terjadi peningkatan aktivitas gunung itu.

"Semua jalur evakuasi sudah dalam kondisi siap. Misalnya dari Desa Glagaharjo mau ke mana, atau dari desa lainnya mau ke mana, semua sudah siap," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY Lilik Andi Aryanto di Yogyakarta, Jumat.

Selain jalur evakuasi, kata Lilik, BPBD DIY juga telah memastikan tempat-tempat pengungsian di Kabupaten Sleman siap digunakan dengan daya tampung yang memadai serta jauh dari kawasan rawan bencana.

Lilik menyebutkan, setidaknya terdapat sebanyak 40 tempat pengungsian yang mampu menampung hingga 9.920 orang.

Sebanyak 40 tempat pengungsian itu, jelas dia, terdiri atas 24 barak pengungsian, 10 balai desa, serta enam tempat berwujud gedung atau bangunan lainnya.

"Tempat pengungsian tersebut ada yang berbentuk barak maupun gedung yang dikelola oleh BPBD maupun desa," kata dia.

Menurut Lilik, masyarakat yang tinggal di kawasan lereng Gunung Merapi secara umum telah memiliki kemampuan mitigasi serta mengetahui kapan mereka harus mengungsi.

"Pengalaman erupsi dahulu, masyarakat itu mengungsi tidak pada saat kejadian, tapi saat ada tanda-tanda mereka sudah mengungsi secara mandiri," ujar dia.



Belajar dari pengalaman erupsi Merapi pada 2010, menurut Lilik, dampak dari bencana erupsi Merapi dapat diminimalkan manakala masyarakat tidak panik serta mampu mengungsi secara mandiri dengan mengacu pada informasi resmi dari BPPTKG maupun BPBD.

"Karena yang terdampak itu justru bukan karena terkena abu Merapi, tapi karena panik, terburu-buru lalu jatuh dan kecelakaan," kata dia.

Lilik mengklaim sebagian besar warga Merapi kini dapat mengakses informasi aktivitas Merapi secara berkala dari BPPTKG melalui grup WhatsApp.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) hingga kini masih menetapkan Status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga, sehingga belum ada perubahan rekomendasi bahaya.

Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, BPPTKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima kilometer) serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng (sejauh maksimal tujuh kilometer).

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

BPPTKG mencatat Gunung Merapi pada Minggu (21/1) mengalami satu kali letusan dengan tinggi kolom 1.000 meter yang menyebabkan hujan abu di wilayah Kecamatan Kemalang, Klaten, Kecamatan Selo, Musuk, Boyolali dan Kota Boyolali, Jawa Tengah.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024