Kelompok seni Yogyakarta memainkan musik dengan alat bantu disabilitas dimodifikasi

id Kelompok musik Gandana ,Peluncuran mini album ,Jogja Disability Art Yogyakarta

Kelompok seni Yogyakarta memainkan musik dengan alat bantu disabilitas dimodifikasi

Kelompok musik Gandana meluncurkan mini album di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta pada Ahad (30/6/2024) malam. (ANTARA/HO-Jogja Disability Art)

Bantul (ANTARA) - Beberapa orang yang tergabung dalam komunitas Jogja Disability Arts (JDA) atau seni disabilitas Yogyakarta telah membentuk kelompok musik Gandana yang menampilkan komposisi musik menggunakan alat alat bantu disabilitas yang sudah dimodifikasi menjadi alat musik.

"Kelompok musik Gandana merupakan kerja kolaboratif inklusi musikal yang menampilkan komposisi musik dengan menggunakan alat alat bantu disabilitas yang sudah dimodifikasi menjadi alat musik," kata pencetus alat bantu disabilitas menjadi alat musik, Butong dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, kelompok musik yang beranggotakan difabel dan non difabel yang tidak menggunakan alat musik konvensional produksi pabrikan ini terbentuk satu tahun lalu, dan meluncurkan mini album perdana pada Ahad (30/6) malam di Kabupaten Bantul, DIY.

"Kita meluncurkan mini album berisi tiga musik instrumental, yang pertama berjudul Gandana, kemudian Kita semua sama, dan ketiga On The Map," katanya.

Menurut dia, dipilih nama Gandana, sebagai kelompok musik yang berdomisili di wilayah Trirenggo Bantul tersebut berasal dari kata ganda dan guna, yang bermakna bahwa alat bantu disabilitas itu juga mempunyai fungsi lainnya, yaitu sebagai alat musik.

"Pembentukan kelompok musik juga berawal dari ide bersama beberapa orang di organisasi Jogja Disability Arts (JDA) yang bergerak pada isu pemajuan seni dan disabilitas di tingkat nasional dan internasional," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan modifikasi alat bantu disabilitas sebagai alat musik tersebut seperti tongkat canadian, kursi roda, tongkat tuna netra dan lainnya dilakukan oleh dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Nanang Garuda.

"Ada tongkat dijadikan alat tiup, ada yang dijadikan harpa atau alat petik seperti gitar. Atau bahkan tongkat tersebut diberi senar, dimainkan (digesek) bunyinya seperti rebab," katanya.

Menurut dia, proses awal penggarapan komposisi musiknya dilakukan dengan eksplorasi bunyi, yakni mengenali terlebih dulu karakter bunyi dari alat-alat tersebut dengan berbagai kemungkinan cara memainkannya.

"Dengan komposisi musik dari alat bantu disabilitas ini harapannya bisa menjadi harapan baru untuk perkembangan seni disabilitas yang tidak hanya di wilayah seni rupa," katanya.

Menurut dia, genre musik Gandana lebih terkesan musik etnik yang mengkombinasikan berbagai gaya musik dari berbagai daerah, seperti Sunda, Bali dan bahkan bunyi alat perkusi Afrika maupun India.

Personel kelompok musik Gandana terdiri Nanang Garuda (modifikasi alat), Frans Arya (gitar), Riza Ferdiansyah (vokal), Nur Kholis (bass atau perkusi), Aat (vokal), Malik (gitar), Nubuat Maghribi dan Choirul (disabilitas netra).*