Mahasiswa Instiper belajar kewirausahaan di UMKM Sarisa Merapi Yogyakarta

id Mahasiswa Instiper ,Belajar kewirausahaan ,UMKM Sarisa Merapi

Mahasiswa Instiper belajar kewirausahaan di UMKM Sarisa Merapi Yogyakarta

Mahasiswa Instiper belajar kewirausahaan di UMKM Sarisa Merapi Yogyakarta (Foto Humas Instiper Yogyakarta)

Yogyakarta (ANTARA) - Empat mahasiswa Program Studi Agribisnis minat Sarjana Enterpreneur Agribisnis (SEA), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta belajar kewirausahaan dengan melakukan kegiatan Praktik Lapangan (PL) di UMKM Sarisa Merapi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Empat mahasiswa yang melakukan kegiatan PL sesuai dengan minat mahasiswa yang menjurus dengan kewirausahaan di bidang pertanian pada 29 dan 30 Mei 2024 tersebut adalah Fadli Alamsyah, Fadilatun Nisa, Alifia Wiyanda Alyssa, dan Dwi Fitrah Kurniawan.

"Praktik lapangan di UMKM Sarisa Merapi bertujuan untuk mengetahui, mengamati, belajar praktik berwirausaha kepada praktisi sekaligus berdiskusi dan bertukar pikiran dengan ilmu yang telah kami dapatkan di perkuliahan," kata Fadli Alamsyah dalam keterangannya di Yogyakarta, Sabtu.

UMKM Sarisa Merapi merupakan usaha yang bergerak di berbagai olahan salak, yang produk olahan pangan telah diterima dan dikenal masyarakat di wilayah Kelurahan Kemiri, Purwobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Oleh pemilik UMKM, Ibu Rini, para mahasiswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan, yang dimulai dengan wawancara mendalam mengenai wawasan tentang bagaimana operasional bisnis pembuatan olahan produk salak dengan berbagai macam olahan.

Kemudian terkait dengan strategi meningkatkan penjualan dan upaya mengatasi risiko agar manajemen usaha menjadi efektif.

Selanjutnya, para mahasiswa mempelajari cara mengolah salak menjadi mocaf serta melakukan proses pembungkusan, pengemasan olahan dodol salak, dan mocaf crispy salak.

"Mahasiswa juga diajarkan cara membuat mocaf dari awal hingga selesai, pengemasan produk dan proses pembuatan olahan produk yang kami lakukan telah memenuhi SOP yang sudah ditentukan dengan memakai masker serta mencuci tangan," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, para mahasiswa melakukan pengupasan kulit salak dan menyortir buah yang telah rusak dan yang masih baik, buah yang lecet atau rusak akan dijadikan dodol, dan buah yang masih mulus akan dijadikan manisan buah salak.

"Melalui pendidikan kewirausahaan praktis seperti ini, diharapkan akan muncul generasi wirausaha yang tangguh dan inovatif, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pengurangan pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.