Yogyakarta (ANTARA) - Pusat Sains Manajemen Lanskap Berkelanjutan (PSLB) dan Fakultas Kehutanan Instiper Yogyakarta menggelar Summer Course Pendampingan Agroforestri di Yogyakarta pada 4-8 Agustus 2025.
"Agroforestri dapat diposisikan tidak sebatas teknik budidaya yang menggabungkan antara bududaya kehutanan dengan budidaya pertanian. Lebih daripada itu, agroforestri mampu menempati posisi sebagai strategi pengelolaan lanskap berkelanjutan yang menggabungkan berbagai kepentingan secara seimbang sesuai dengan karakteristik lanskap yang bersangkutan," kata Dekan Fakultas Kehutanan Instiper Dr Rawana di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, keseimbangan antara upaya peningkatan resiliensi fungsi lanskap, resiliensi kehidupan masyarakat dan kepentingan pengembangan ekonomi berbasis ekonomi lokal sepanjang mata rantai nilai. Kepentingan ekonomi mengharuskan lingkup agroforestri diperluas sampai dengan segmen pascapanen dan industrinya.
"Belakangan ini bahkan Pemerintah Indonesia banyak memberitakan tentang peran agroforestri sebagai salah satu strategi nasional untuk ketahanan pangan, tanpa menimbulkan efek deforestasi. Konsekuensinya adalah akan ada eskalasi pelaksanaan agroforestri pada skala yang sangat luas, melibatkan jutaan hektare kawasan hutan, terutama pada areal hutan dengan persetujuan perhutanan sosial," katanya.
Hal ini, kata dia, menjadi tantangan yang sangat besar. Tantangan untuk menjadikan praksis agroforestri layak dari sisi tata keseimbangan keberlanjutan ekologis lanskap, kehidupan masyarakat, dan kepentingan ekonomi, serta tantangan pengembangan dalam skala yang sangat luas.
"Diperlukan berbagai prasyarat untuk menjawab tantangan tersebut. Salah satu tantangan tebesar adalah ketersediaan sumber daya manusia sebagai manajer lanskap agroforestri berkelanjutan," kata Rawana.
Sementara itu, Direktur PSBL Instiper Dr Agus Setyarso MSi mengatakan pendampingan terhadap pengelola lanskap agroforestri di tingkat tapak menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Pengelola lanskap agroforestri diharapkan memperoleh pendampingan yang cukup untuk membawa kepentingan konservasi tata air, memperbaiki tingkat keanekaragaman hayati, serta mewujudkan resiliensi tinggi terhadap perubahan iklim.
Dari praktik agroforestri, menurut dia, masyarakat sebaiknya didampingi untuk memperoleh manfaat dari aspek ketahanan pangan, penyediaan lapangan kerja sepanjang rantai suplai, dengan tanpa meninggalkan nilai budaya dan mengurangi nilai kualitas kehidupan. Pendampingan juga harus merespons kebutuhan diversifikasi pendapatan, pasar komoditas yang fluktuatif serta efisiensi pada kerangka ekonomi hijau.
"Summer course yang diselenggarakan ini berangkat dari latar belakang tersebut, dengan maksud untuk melengkapi sumberdaya maanusia yang bergiat pada pendampingan perhutanan sosial dengan kompetensi yang lebih profesional," katanya.
Agus mengemukakan tujuan akhir summer course ini adalah untuk melengkapi penggiat dan pendamping perhutanan dengan kompetensi profesional dalam aplikasi sistem agroforestri berkelanjutan secara utuh dengan menguatkan komitmen pada pemenuhan pengelolaan lanskap agroforestri berkelanjutaan.
Kemudian memperkaya pengetahuan dan keterampilan pendampingan pada penyelenggaraan agroforestri berbasis kayu ringan berdaur pendek bernilai ekonomi tinggi dan memiliki resilensi terhadap perubahan iklim, serta menguatkan kapasitas dalam pendampingan pengendalian rantai nilai produk dan layanan agroforestri.
Ia mengatakan summer course mengincar sasaran peserta dari pegiat perhutanan sosial termasuk hutan hak, baik dari latar belakang tenaga teknis/penyuluh KPH, LSM, akademisi dengan pengalaman pengabdian pada masyarakat tani/hutan, maupun karyawan perusahaaan yang bergerak pada bidang kehutanan dan pertanian. Di samping sasaran peserta dalam negeri, summer course mendorong kesertaan internasional.
"Peserta diharapkan mampu meningkatkan praktik dan efektifitas keberlanjutan lanskap berbasis agroforestri baik dalam aspek fungsi tata-air, keanekaragaman hayati, resilensi terhadap perubahan iklim; aspek peningkatan resiliensi dan kualitas kehidupan masyarakat; serta aspek kepentingan ketahanan pangan, pendapatan serta pertumbuhan ekonomi hijau," tutur Agus.
