Bantul (ANTARA) - Bupati Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Abdul Halim Muslih menyebut bahwa Kirab Budaya Merti Dusun merupakan tradisi turun-temurun bertujuan untuk melestarikan warisan leluhur serta memperkuat rasa persatuan dan gotong royong di tengah masyarakat.
"Melestarikan budaya Merti Dusun ini berarti melestarikan budaya persatuan dan gotong royong di antara warga masyarakat," kata Bupati Halim dalam keterangannya saat melepas arak-arakan Kirab Budaya Merti Dusun di Glodogan, Kelurahan Sidomulyo di Bantul, Rabu.
Bupati mewakili pemerintah kabupaten merasa bangga kepada warga Dusun Glodogan yang dapat melestarikan kebudayaan merti dusun ini yang sudah turun temurun ini.
Kegiatan budaya tersebut digelar juga sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan, atas panen yang melimpah, serta menjadi momentum bagi warga pedukuhan Glodogan untuk mempererat tali silaturahmi serta menjaga nilai-nilai kebersamaan.
Lebih lanjut dia mengatakan saat ini pemerintah juga memiliki banyak program-program pembangunan, diantaranya melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis pedukuhan yang setiap dusun di Bantul menerima dana sebesar Rp50 juta.
Bupati mengatakan, dana yang digelontorkan tersebut dapat dimanfaatkan pedukuhan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, masalah lingkungan, pengembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pembangunan fisik.
"Oleh karena itu, pemerintah juga membutuhkan peran serta masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan tersebut," katanya.
Sementara itu, dalam Kirab Budaya yang diikuti warga Dusun Glodogan tersebut terdapat salah satu bagian menarik, yaitu arak-arakan gunungan, sebuah simbol hasil bumi yang berbentuk kerucut, dihiasi dengan berbagai macam sayur, buah, dan hasil panen lainnya.
Gunungan tersebut kemudian diarak keliling dusun dan menjadi lambang kesejahteraan dan keberkahan yang diharapkan terus menaungi masyarakat Glodogan. Setelah prosesi kirab, gunungan diperebutkan oleh warga sebagai bentuk tradisi "ngalap berkah".*