Kenali bahaya abses payudara, IDI berikan informasi pengobatan yang tepat

id abses payudara,idi

Kenali bahaya abses payudara, IDI berikan informasi pengobatan yang tepat

Foto ilustrasi (ANTARA/HO-PonyWang dari iStockphoto)

Yogyakarta (ANTARA) - Salah satu gangguan kesehatan yang dapat menyerang payudara wanita adalah abses. Abses payudara merupakan salah satu benjolan pada payudara yang berisi nanah, yang biasanya disebabkan oleh infeksi. 

Penyakit ini sering dialami oleh ibu menyusui. Jika mengalami abses payudara, ibu menyusui perlu segera
mendapat pengobatan karena penyakit ini berbahaya bagi kesehatan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merupakan organisasi profesi bagi para dokter di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lombok Barat dengan alamat website idilombokbarat.org merupakan cabang dari organisasi profesi kedokteran di Indonesia yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mendukung para dokter di wilayah ini. 

IDI Lombok Barat berkomitmen untuk meningkatkan akses pelayanan Kesehatan berkualitas di daerah yang memiliki tantangan kesehatan kompleks.

IDI Lombok Barat berkolaborasi dengan IDI Lombok Tengah beralamat website idikablomboktengah.org secara rutin mengadakan layanan medis keliling untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil, melibatkan dokter ahli dari berbagai bidang. 

Selain itu, IDI juga memberikan konsultasi Kesehatan secara gratis di daerah terpencil untuk membantu masyarakat secara luas. Saat ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sedang melakukan penelitian terkait kondisi abses payudara, penyebab dari abses payudara serta pengobatan yang tepat bagi penderitanya.

Apa saja gejala terjadinya abses payudara?

Foto ilustrasi (ANTARA/HO-scyther5 dari iStockphoto)

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan abses payudara adalah kondisi medis yang ditandai dengan pembentukan kantung berisi nanah di dalam jaringan payudara, biasanya akibat infeksi. Berikut adalah beberapa gejala utama terjadinya abses payudara meliputi:

1. Nyeri dan sakit di bagian payudara
Gejala pertama seseorang menderita abses payudara adalah rasa sakit yang signifikan di area payudara adalah salah satu gejala utama abses.

2. Adanya benjolan dan pembekakan payudara
Faktor selanjutnya adalah adanya benjolan disertai dengan pembekakan payudara. Terjadinya pembengkakan pada payudara, yang dapat disertai dengan rasa hangat saat disentuh merupakan pertanda dari abses payudara.

3. Kelelahan disertai demam tinggi
Penderita abses payudara juga mengalami demam tinggi dan mudah lelah dalam beraktivitas sehari-hari. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan dengan dokter.

4. Cairan nanah atau darah keluar dari puting secara spontan
Hal terakhir yang menjadi gejala seseorang menderita abses payudara adalah keluarnya cairan nanah pada puting susu. Infeksi yang menyebabkan penumpukan nanah di dalam jaringan payudara, sering kali terjadi akibat mastitis yang tidak diobati.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati abses payudara?

Ikatan Dokter Indonesia telah merangkum beberapa obat dan prosedur medis direkomendasikan untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala. Berikut adalah jenis obat yang umum digunakan meliputi:

1. Obat Antibiotik
Salah satu obat antibiotik yang dapat mengurangi abses payudara adalah Cephalexin. Cephalexin dikonsumsi selama 10-14 hari dengan dosis 500 mg, tiap 6 jam sekali. Abses payudara juga dapat terjadi pada wanita yang sedang tidak menyusui. Dalam penggunaan obat ini membutuhkan konsultasi langsung dari dokter.

2. Obat Pereda Nyeri
Salah satu obat pereda nyeri seperti Paracetamol dan Ibuprofen yang dapat mengurangi rasa sakit abses payudara. Ibuprofen bisa digunakan untuk meredakan nyeri abses payudara karena merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang aman untuk ibu menyusui dan tidak ditularkan melalui ASI.

3. Aspirasi dengan Jarum
Prosedur tambahan adalah aspirasi dengan jarum. Kegiatan ini dilakukan untuk mengeluarkan nanah dari abses menggunakan jarum suntik.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan jenis antibiotic dan durasi pengobatan yang tepat berdasarkan kondisi spesifik pasien dan hasil pemeriksaan. Jika gejala tidak membaik atau semakin parah, segera cari perawatan medis lebih lanjut.