Ajudan Kapolri diduga ngeplak kepala wartawan, ANTARA minta Polri tak lepas tangan

id Polri,kekerasan terhadap wartawan,kekerasan,Kapolri,Listyo Sigit Prabowo,Semarang,Pewarta foto Antara

Ajudan Kapolri diduga ngeplak kepala wartawan, ANTARA minta Polri tak lepas tangan

Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara Irfan Junaidi memberikan materi pada pelatihan menulis kreatif untuk pelajar di Antara Heritage Center, Jakarta, Senin (17/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.

Jakarta (ANTARA) - Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA menyesalkan dugaan tindakan kekerasan yang dilakukan ajudan Kapolri terhadap salah satu pewarta foto berinisial MZ, saat sedang meliput kunjungan Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (5/4).

Direktur Pemberitaan ANTARA Irfan Junaidi menyayangkan peristiwa yang seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi kepada jurnalis yang sedang menjalankan tugas profesionalnya.

“Insiden seperti ini kenapa harus terulang, sangat disesalkan. Teman-teman pers sedang menjalankan tugas untuk membantu memberitakan kegiatan Kapolri. Saya sangat yakin tidak ada itikad lain, selain menunaikan tugas dan semestinya itikad ini bisa dipahami dan dihormati, sehingga tidak perlu ada tindakan kekerasan, atau ancaman verbal,” kata Irfan dari Jakarta, Minggu (6/4).

Irfan meminta Kepolisian Republik Indonesia segera mengambil sikap tegas dengan memproses oknum ajudan yang diduga melakukan kekerasan tersebut secara terbuka dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

“ANTARA akan meminta Polri bertanggung jawab atas insiden tersebut. Oknum yang bersangkutan harus diproses sesuai prosedur secara transparan. Sekaligus, insiden ini juga harus menjadi bahan koreksi agar di masa mendatang tidak terulang,” tegasnya.

Baca juga: Misteri meninggalnya jurnalis Situr Wijaya di hotel Jakarta, PWI dan AJI tunggu hasil otopsi

Baca juga: Teror kepala babi: Ancaman nyata bagi kebebasan pers?


Menurut Irfan, LKBN ANTARA akan terus berpegang pada prinsip jurnalisme profesional dan objektif sebagai media nasional yang melayani masyarakat.

“Karena itu, kami meminta kepada Polri juga pihak lain, bisa membantu terlaksananya tugas tersebut dalam kondisi apapun. Kami sangat yakin, apabila semua pihak bisa saling memahami dan menghormati tugas masing-masing dengan baik, masyarakat akan sangat terbantu,” pungkasnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko menyatakan penyesalan dan memastikan akan menyelidiki kejadian tersebut.

“Kami sangat menyesalkan jika memang insiden tersebut benar terjadi, dimana yang seharusnya bisa dihindari. Memang situasi di lapangan cukup ramai, namun seharusnya ada SOP yang mestinya bisa dijalankan tanpa melalui emosi seperti tindakan secara fisik maupun verbal,” kata Trunoyudo saat dikonfirmasi terpisah.

Ia menegaskan Polri akan bersikap terbuka dan tidak ragu memberi sanksi jika ditemukan pelanggaran.

Baca juga: 52 Jurnalis ditahan sejak agresi Israel di Gaza

Baca juga: Teror ke Tempo, Istana minta publik tak terpancing


“Pers merupakan mitra Polri yang harus saling bekerja sama. Kami berharap insiden ini tidak terulang dan kemitraan kami dengan pers akan terus kami jaga dan diperbaiki agar bisa lebih baik lagi dalam melayani masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, MZ sebagai korban dalam kejadian tersebut turut buka suara. Ia mengisahkan saat dirinya sedang meliput aktivitas Kapolri di Stasiun Tawang, insiden bermula saat ajudan Kapolri meminta media dan humas membuka jalan untuk inspeksi ke dalam gerbong.

Namun, permintaan tersebut disertai cekcok dengan petugas Humas Polri. MZ, yang berada di sisi kiri peron, memutuskan menghindari keributan dengan berpindah tempat, namun justru saat itu ia mendengar perkataan yang mengancam dari ajudan Kapolri.

“Nah, posisi saya di kiri. Saya tahu kalau beliau mau ke kiri kan, makanya saya pindah ke seberang. Waktu sebelum saya pindah ke seberang, si ajudannya ini ngomel-ngomel kalian kalau dari pers tak tempeleng satu-satu, gitu,” ungkap MZ.

Tidak lama setelah kembali ke posisinya semula, MZ mengaku mengalami kekerasan fisik dari oknum ajudan tersebut.

“Saya dibilang begitu kaget ya, terus saya kembali ke posisi saya. Nah, waktu posisi mau balik itu dia mengeplak kepala saya. Jadi dia mengeplak ya, kalau bahasanya sini itu ngeplak bagian kepala belakang. Nah, setelah itu saya kaget ya. Wah, kenapa mas? Saya bilang begitu lalu orangnya diam, kemudian dia lanjut marah-marah, kemudian lanjut kerja lagi,” kata MZ.


Baca juga: Lagi, satu jurnalis tewas dalam serangan Israel di Gaza



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Antara minta Polri tanggung jawab soal insiden kekerasan di Semarang

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025