Yogyakarta (ANTARA) - Tim Young Begawan Aktuaria (YBA) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi bergengsi 2025 SOA Research Institute Student Research Case Study Challenge, kompetisi riset aktuaria yang diselenggarakan oleh Society of Actuaries (SOA) Research Institute.
Kompetisi ini diikuti oleh berbagai tim mahasiswa dari seluruh dunia yang menguji kemampuan mereka dalam mengembangkan solusi aktuaria inovatif untuk permasalahan nyata.
Dalam kompetisi tahun ini, sebanyak 68 tim dari 42 universitas di 17 negara, 6 benua mengikuti kompetisi ini. Dari 68 tim tersebut, 19 tim berhasil lolos ke babak semifinal, dua di antaranya dari UGM.
Tim Young Begawan Aktuaria menonjol dengan solusi mereka yang komprehensif dan inovatif, yang dinamakan "TerraDam" - sebuah program nasional yang dirancang untuk meningkatkan ketahanan finansial dan infrastruktur terhadap risiko kegagalan bendungan tanah (earthen dam) di wilayah fiktif Tarrodan.
Program TerraDam yang diajukan YBA menggabungkan pendekatan holistik melalui empat pilar utama: TerraDam Insurance, TerraDam Regulation, TerraDam Grant, dan TerraDam Token.
Program ini bertujuan untuk mengurangi risiko kegagalan bendungan yang berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi hingga lebih dari 182 miliar dolar, dengan probabilitas kegagalan bendungan rata-rata hampir 10% dalam 10 tahun.
TerraDam Insurance menyediakan dua jenis asuransi, yaitu asuransi opsional untuk pemilik bendungan dan asuransi nasional wajib yang didanai melalui sistem pajak untuk melindungi masyarakat dari kerugian akibat kegagalan bendungan.
TerraDam Regulation menetapkan standar ketat bagi pemilik bendungan untuk merancang Rencana Tanggap Darurat (EAP), melakukan inspeksi rutin, memasang sistem peringatan dini, serta merehabilitasi bendungan yang sudah tua.
TerraDam Grant menyediakan bantuan dana bagi pemilik bendungan yang tidak mampu membiayai kewajiban tersebut.
TerraDam Token adalah mekanisme keuangan digital berbasis blockchain yang mengubah bendungan menjadi aset investasi yang dapat diperdagangkan, sehingga mendukung keberlanjutan program.
Dengan implementasi program ini, risiko kegagalan bendungan diperkirakan dapat dikurangi hingga 62 persen, dan program diproyeksikan menghasilkan arus kas positif sebesar 80,589 juta Qalkoon pada akhir tahun 2035, memastikan keberlanjutan finansial tanpa membebani masyarakat.
Juara pertama dalam kompetisi ini diraih oleh tim dari University of Waterloo, Kanada, sementara juara ketiga diraih oleh tim dari Australian National University, Australia. Selain itu, tim-tim dari Monash University, Australia; National Economics University, Vietnam; serta Universitas Pelita Harapan, Indonesia, juga berhasil lolos ke babak final.
Mohammad Firdaus, ketua tim YBA, menyatakan, "Kami membawa kehormatan ini dengan rasa bangga, menjadikannya dorongan kuat bagi kami untuk terus berkembang dan berkontribusi secara nyata demi kesejahteraan bersama. Perjalanan terus berlanjut, dan kami akan terus berjuang."
Dosen pembimbing, Danang Teguh Qoyyimi, Ph.D, menambahkan, keberhasilan ini merupakan bukti kemampuan mahasiswa UGM dalam mengintegrasikan ilmu aktuaria dengan problem solving nyata yang berdampak luas. "Kami berharap program ini dapat menjadi sumber belajar yang baik bagi pengembangan riset dan aplikasi aktuaria di Indonesia," katanya.
Tim Young Begawan Aktuaria UGM telah menunjukkan prestasi luar biasa dengan solusi TerraDam yang menyeluruh dan berdampak besar, mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu tim aktuaria terbaik di dunia pada tahun 2025.