Jalan cerita
Kisah berpusat pada keluarga Restu Kurniawan, dengan aktor kawakan Lukman Sardi memerankan sosok kepala keluarga.
Kehidupan keluarga itu terguncang hebat setelah kepergian putri mereka, Sarah, yang diperankan oleh aktris Naura Hakim.
Kehilangan itu menciptakan gelombang kesedihan yang dahsyat, tidak hanya bagi kedua orang tua, tetapi juga bagi adik Sarah, Ombak, yang diperankan oleh aktor Bima Azriel.
Pasca tragedi kecelakaan yang mengambil nyawa Sarah, Ombak menarik diri ke dalam cangkang kesedihan dan kemurungan.
Pergulatan batinnya tidak hanya dipicu oleh rasa kehilangan yang mendalam, tetapi juga oleh kecemasan dan kekecewaan yang merayap dalam hatinya.
Ia merasa seakan-akan dipersalahkan oleh orang tuanya atas kecelakaan tragis yang merenggut nyawa sang kakak. Sebab saat kecelakaan itu terjadi, Ombak yang mengemudi.
Beban psikologis Ombak semakin berat dengan komunikasi yang tidak sehat dalam keluarga, di mana bukannya mendapatkan dukungan dan validasi, Ombak justru merasa terisolasi dan disalahkan.
Baca juga: Film "Sayap-Sayap Patah 2" edukasikan bahaya radikalisme
Di sisi lain, terdapat tokoh Kasih, yang diperankan oleh aktris Sha Ine Febriyanti. Sebagai seorang ibu yang baru saja kehilangan putrinya, Kasih juga menyimpan pergolakan batin yang hebat.
Namun, alih-alih menghadapinya secara konstruktif, ia memilih untuk menyembunyikan luka-lukanya dengan cara yang tidak sehat, memancarkan kesan apatis dan dingin.
Sikapnya itu bukan hanya gagal memberikan dukungan emosional bagi Ombak, tetapi justru memperburuk jurang komunikasi di antara mereka.
Dalam upaya mencari pelarian dari gejolak emosi yang membuncah, perjalanan umroh ke tanah suci menjadi pilihan. Menurut Restu, perjalanan spiritual itu diharapkan oleh Kasih menjadi jalan keluar.
Tapi bagi Kasih, perjalanan umroh justru menjadi upaya mengembalikan ketenangan yang hilang akibat gangguan narsistik yang dimiliki sang suami.
Perbedaan pandangan sederhana ini mengakibatkan keretakan dalam pernikahannya dengan Restu.. Puncak dari ketegangan itu ialah keinginan untuk berpisah di akhir cerita.
Namun, perpisahan suami-istri itu menjadi sebuah pengakuan yang jujur dari Kasih bahwa ia memang membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk memulihkan luka batinnya, sebuah proses yang mungkin tidak lagi dapat ia jalani bersama dengan Restu dalam ikatan pernikahan.
Baca juga: "Jumbo" pecahkan rekor penonton di balik kritik alur cerita
Segala permasalahan yang dihadapi keluarga Kurniawan berakar pada pola pengasuhan yang diturunkan dari orang tua dengan gangguan kepribadian narsistik atau narcissistic personality disorder (NPD).
Arogansi Kasih yang belum selesai dengan dirinya sendiri, membuat Ombak, sering kali dipandang sebagai objek yang semestinya memantulkan kehebatan dan kesuksesan orang tua, bukan sebagai individu dengan kebutuhan dan perasaan yang unik.
Ketika Ombak gagal atau tidak memenuhi ekspektasi, remaja itu cenderung diabaikan, direndahkan, atau bahkan disalahkan.
Pola sikap dan perilaku dari orang tuanya itu sangat merusak perkembangan emosional Ombak, karena ia belajar bahwa cinta dan penerimaan dari ibunya mungkin saja "bersyarat".
Restu pun terkesan seperti mencari pembenaran untuk diri sendiri, alih-alih menunjukkan empati dan mendengarkan perasaan putranya setiap kali Ombak dan Kasih bertengkar.
Akibatnya, setiap upaya Restu untuk menjalin kembali keutuhan keluarganya dirasakan hampa dan tidak bermakna oleh Ombak.
Lebih parahnya lagi, Kasih justru memperburuk situasi dengan sikap abai dan dingin yang ditunjukkannya kepada Ombak, seolah-olah ia tidak peduli dengan penderitaan batin anaknya.
Suatu kali, Restu memberikan saran kepada Ombak untuk mencari bantuan profesional dengan mendatangi psikolog kenalannya, Nana, yang diperankan dengan sentuhan komedi yang cerdas oleh aktris Asri Welas.
Baca juga: Dwi Sasono dan keluarga isi waktu libur anak sekolah lewat syuting film
Namun, upaya itu tidak mendapatkan dukungan dari Kasih. Ia bersikap acuh tak acuh dan berpendapat bahwa anaknya hanya membutuhkan pertolongan spiritual dari Yang Maha Pencipta dengan memperbanyak ibadah.
Di tengah dukungan dari keluarga dan bantuan profesional dari psikolog Nana yang disfungsional, Ombak berupaya mencari dukungan dari lingkaran pertemanannya di sekolah.
Upaya itu berujung pada pengalaman yang buruk, bahkan membuatnya nyaris melakukan tindakan yang brutal dan membahayakan diri sendiri.
Awalnya, memang Ombak sempat mengalami perubahan signifikan sejak ia mulai menjalin kedekatan dengan Aleiqa, seorang gadis satu kelasnya yang diperankan dengan kehangatan oleh aktris Tissa Biani.
Dari Aleiqa, Ombak menemukan obrolan santai yang mampu mengalihkan bebannya sejenak, dan yang lebih penting, ia merasakan dukungan tulus dan penerimaan tanpa syarat.
Diskusi-diskusi Ombak dengan Aleiqa tentang pilihan untuk bahagia dan pentingnya menerima diri sendiri apa adanya menjadi momen-momen kecil namun krusial.
Namun perhatian tulus dari temannya itu belumlah cukup bagi Ombak, karena keluarganya sendiri masih belum menjadi jangkar yang menahannya untuk tidak tenggelam lebih dalam di tengah lautan kesulitan yang terus menyeret perasaannya.
Halaman berikut: Sederhana tapi menyimpan makna mendalam
