Pakar kesehatan ungkap bahaya diet OMAD

id OMAD,aplikasi pendukung diet,diet seimbang,diet sehat

Pakar kesehatan ungkap bahaya diet OMAD

Dokter Farid Kurniawan, Sp.PD, PhD menyampaikan penjelasan mengenai diet untuk menurunkan berat badan pada acara konferensi pers peluncuran Met-U Prodia di Jakarta, Sabtu (17/05/2025). ANTARA/Meuthia Hamidah

Jakarta (ANTARA) - Diet One Meal A Day (OMAD) atau sekali makan dalam sehari kian populer sebagai metode penurunan berat badan. Namun, pakar kesehatan dr. Farid Kurniawan, Sp.PD, PhD, menyarankan agar masyarakat berhati-hati dengan diet ekstrem ini. Menurutnya, menerapkan diet OMAD berisiko merusak metabolisme tubuh.

"Kalau One Meal A Day, saya pribadi tidak setuju, terlalu ekstrem. Itu terlalu berbahaya untuk metabolisme tubuh," ujar dr. Farid dalam acara konferensi pers peluncuran Met-U Prodia di Jakarta, Sabtu lalu.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo itu menekankan bahwa diet semacam ini bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Sebagai alternatif, dr. Farid merekomendasikan penerapan diet gizi seimbang yang lebih aman dan terjaga.

“Daripada melakukan diet ekstrem yang jelas berbahaya, saya sarankan cukup jalani diet gizi seimbang,” lanjutnya.

Baca juga: Diet sembarangan bisa picu batu ginjal di saluran kemih

Dalam penjelasannya, dr. Farid menyatakan bahwa pola makan yang sehat tidak harus terikat pada jadwal atau porsi tertentu, asal jumlah dan komposisinya tepat.

“Mau makannya tiga kali sehari, yang porsi besar dua kali, atau porsi kecil dengan snacking, boleh silakan. Yang penting jumlah dan komposisinya yang pas. Kalorinya enggak kelebihan, kemudian komposisi karbohidrat, protein, lemaknya juga pas,” katanya.

Dr. Farid menekankan pentingnya konsistensi dan durasi dalam pelaksanaan diet untuk mencapai berat badan ideal.

“Tidak perlu diet aneh-aneh, diet OMAD, ketogenik, OCD. Selama orang itu melakukan diet yang seimbang dan dilakukan jangka panjang, hasilnya jauh lebih bagus,” tambahnya.

Baca juga: Dokter ingatkan bahaya makanan Lebaran yang dipanaskan ulang

Menurutnya dengan pendekatan yang lebih realistis ini, ia yakin perubahan positif bisa tercapai dengan langkah-langkah kecil yang konsisten.

“Small step (langkah kecil) tapi konsisten. Enggak ada orang kalau mau sehat, dietnya cuman setahun,” tandasnya.

Untuk mendukung upaya menurunkan berat badan, perencanaan makan yang tepat menjadi hal yang tidak kalah penting.

Pedoman makan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan bisa dijadikan acuan. Pedoman ini menyarankan agar separuh piring diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk, sementara separuh lainnya diisi dengan sayur dan buah.

Baca juga: Waspadai "sindrom Yo-yo" akibat jalani diet tidak sehat

Selain itu, pedoman ini juga mengingatkan pentingnya hidrasi tubuh dengan mengonsumsi setidaknya delapan gelas air setiap hari, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, serta menjaga kebersihan dengan mencuci tangan sebelum dan setelah makan.

Untuk mempermudah perencanaan dan pemantauan diet, Prodia meluncurkan aplikasi Met-U yang dapat membantu pengguna mengatur pola makan secara lebih terstruktur.

Direktur IT & Marketing PT Prodia Digital Indonesia, Rudy Cahyadi, menjelaskan fitur aplikasi ini, yang memungkinkan pengguna untuk memantau perkembangan diet mereka.

"Penggunaan aplikasi ini bisa untuk segala macam parameter ya. Kalau dia mau intervensi pola diet, dia bisa masukin dietnya seperti apa. Lalu berat badan, dia bisa pantau, masukin awalnya berapa, nanti tiap berapa minggu atau berapa hari masukin lagi. Jadi akhirnya bisa keep tracking," ungkap Rudy.

Baca juga: 7 manfaat diet untuk kesehatan yang harus kamu ketahui

Baca juga: Tips diet sehat dan aman untuk menurunkan berat badan dari Organisasi Kesehatan PAFI



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Diet OMAD dinilai berisiko bagi metabolisme tubuh

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025