Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengukuhkan tiga guru besar baru dari berbagai bidang ilmu dalam Sidang Terbuka Senat di Ruang Amphitarium Lantai 9 Kampus 4 UAD Yogyakarta, Sabtu.
Tiga guru besar itu yakni Prof Sulistyawati Guru Besar Bidang Epidemiologi dan Health System, Prof Julan Hernadi Guru Besar Bidang Matematika Komputasi, dan Prof Rina Ratih Sri Sudaryani Guru Besar Bidang Sastra dan Gender.
Dalam pidato pengukuhannya Prof Sulistyawati mengemukakan bahwa masih terdapat kesenjangan antara kebijakan dan ilmu pengetahuan, karena seringkali hasil penelitian tidak terjemahkan secara baik dalam kebijakan dengan berbagai sebab.
"Hal ini terjadi karena dunia akademik dan praktisi memiliki interest yang berbeda. Dalam hal ini akademisi seringkali menggeneralisir hasil penelitiannya sementera praktisi perlu hal yang lebih spesifik untuk mendukung pekerjaannya," kata dia.
Prof Julan Hernadi dalam pidato pengukuhannya mengemukakan bahwa perkembangan teknologi akan semakin canggih, karena sudah mengadopsi pendekatan cognitive-science untuk bidang-bidang spesifik.
"Kehadiran komputer kuantum yang tidak lama akan membuat Al tambah 'gila' lagi hebatnya. Komputasi kuantum yang bertumpu pada Aljabar Linear dan Struktur Aljabar sudah sangat berkembang, tinggal tunggu komputernya," kata dia.
Prof Rina Ratih Sri Sudaryani dalam pidato pengukuhannya mengemukkan bahwa mayoritas karakter perempuan dalam cerita rakyat selalu digambarkan dalam peran yang domestik.
"Perempuan juga digambarkan sebagai sosok yang tidak berdaya, rela berkorban, serta menggantungkan hidup," kata dia.
Rektor UAD Prof Dr Muchlas MT mengucapkan selamat atas pengukuhan tiga guru besar tersebut. Dengan bertambahnya tiga guru besar tersebut saat ini jumlah guru besar di UAD menjadi 52 orang.
"Guru besar berperan penting dalam menjaga marwah institusi dan Muhammadiyah, serta mendorong hilirisasi riset. Kemendiktisaintek telah mencanangkan 'Kampus Berdampak', sehingga guru besar diharapkan berperan aktif agar UAD menjadi kampus yang memberi dampak, bukan terdampak," kata Muchlas.