Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut penataan para pengamen di kawasan Malioboro harus selaras dengan nilai-nilai Sumbu Filosofi Yogyakarta.
"Sumbu Filosofi ini adalah milik seluruh masyarakat Yogyakarta, seluruh masyarakat Indonesia, dan bahkan milik dunia. Tentu kita membutuhkan tata kelola yang lebih aman dan nyaman untuk semua," ujar Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi di Yogyakarta, Minggu.
Kawasan Malioboro merupakan bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta, poros imajiner yang menghubungkan Panggung Krapyak-Keraton Yogyakarta-Tugu Pal Putih, yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 18 September 2023.
Baca juga: Lurah-pamong kalurahan se-DIY menjaga Malioboro sepanjang aksi mahasiswa
Dia menjelaskan penataan pelaku seni di kawasan itu bisa menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas serta menciptakan kenyamanan bersama di ruang publik.
"Paling tidak kita memiliki peluang untuk meningkatkan kualitasnya. Bisa mengurasi dan ini juga akan menimbulkan satu kenyamanan di antara para pengamen," ujar dia.
Penataan kawasan Malioboro, kata dia, perlu dilakukan sebagai upaya menjaga ruang bersama yang adil bagi semua dan tidak ada pihak yang merasa paling berhak menguasai ruang publik.
"Karena memang ada hal-hal yang perlu diatur bersama. Tidak kemudian siapa yang kuat atau siapa yang mampu menguasai itu yang kemudian bisa," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah menertibkan pengamen Malioboro menjelang HUT Kota Yogyakarta
Dian mengatakan penataan Malioboro juga menjadi bagian dari edukasi bersama agar setiap pihak memahami posisi dan tanggung jawabnya di ruang publik.
Nilai-nilai luhur seperti "tepo seliro" atau tenggang rasa, ujar dia, perlu dijaga agar penataan ruang berjalan seimbang dan manusiawi.
"Yang penting bagi kita adalah bagaimana Sumbu Filosofi itu mampu memberikan pemahaman kepada semua pihak, salah satunya pengamen, bahwa ada hak dan kewajiban, ada peran dan tugas. Yang kemudian ini menjadi bagian dari edukasi kita bersama," kata dia.
Baca juga: Polisi menangkap dua pelaku parkir liar Rp50 ribu di kawasan Malioboro
Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menegaskan komitmen untuk menjadikan pengamen yang tampil di kawasan Malioboro memiliki standar berbeda dengan pengamen di daerah lain.
Menurut dia, ikon utama Kota Yogyakarta tersebut harus menghadirkan pengalaman yang lebih berkelas, termasuk dari sisi seni jalanan yang disuguhkan kepada masyarakat maupun wisatawan.
"Kalau sudah mengamen di Malioboro, kualitasnya harus di atas rata-rata. Pengamen Malioboro harus berbeda dari pengamen di tempat lain, baik dari segi kemampuan musik maupun penampilan. Mereka harus terseleksi dan terkurasi, sehingga bisa memberi hiburan sekaligus kesan positif bagi siapa saja yang berkunjung ke Malioboro," ujar dia.
