RSBI jangan lahirkan siswa priyayi

id rsbi jangan lahirkan siswa priyayi

RSBI jangan lahirkan siswa priyayi

Ilustrasi "Orang miskin dilarang sekolah" (Foto lesprivatteneleven.wordpress.com)

Denpasar (ANTARA Jogja) - Ketua Dewan Pendidikan Kota Denpasar Dr Ir Putu Rumawan Salain berharap rintisan sekolah bertaraf internasional atau RSBI tidak melahirkan siswa bermental priyayi.

"Sejauh ini saya melihat dalam praktiknya para siswa yang bersekolah di sana masih didominasi oleh anak-anak yang berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah ke atas. Walaupun demikian, tentu tidak boleh melupakan landasan sosiologis, tidak boleh ada diskriminasi dalam dunia pendidikan," katanya di Denpasar, Senin.

RSBI, lanjut dia, sebagai sekolah yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi unggul hendaknya tidak menelurkan para anak bangsa yang bermental priyayi. "Ke depan agar tetap ada terobosan subsidi silang bagi siswa-siswi cerdas yang berasal dari golongan tidak mampu," ucapnya.

Ia tidak memungkiri di RSBI banyak keunggulan, baik dari segi kualitas, sarana, dan prasarana pendukung yang mengarah pada pendidikan bertaraf internasional. Namun dia tidak ingin tenaga pendidik di sekolah itu melupakan kearifan lokal.

Di sisi lain, menurut dia, penting dilakukan evaluasi keberadaan label RSBI, apalagi di luar Bali ternyata masih ada siswa yang tidak lulus dalam ujian nasional.

"Yang namanya sekolah dengan label RSBI sesungguhnya kan sudah dirancang dan proses pembelajarannya dibuat sedemikian rupa serta banyak mendapatkan keistimewaan. Jadi terasa aneh kalau sampai ada siswanya yang tidak lulus. Terus apa bedanya dengan sekolah-sekolah negeri yang lain kalau seperti itu?  Padahal di RSBI cenderung dibuat eksklusif," ujarnya.

Rumawan tidak memungkiri khusus untuk sekolah di Bali yang berlabel RSBI, memang telah dapat ditunjukkan bukti nyata dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang berprestasi di tingkat nasional maupun internasional.

"Intinya, jika ingin label RSBI ini tetap berlanjut, harus ada ketulusan dan kejujuran. Jika tidak, RSBI bisa digunakan untuk kepentingan sesaat para penguasa. Bukannya menjaring siswa-siswi cerdas, tetapi justru menjadi ajang menjaring orang-orang dari kelas elit yang belum tentu kemampuan akademisnya bagus," ucapnya.

Ia juga menyarankan pelabelan RSBI perlu dikaji kembali, bisa juga dikembalikan kepada semula bahwa status sekolah itu sama tanpa label RSBI. Yang penting sekolah-sekolah yang ada tetap memberikan kualitas yang terbaik, memadukan standar internasional, namun tidak melupakan unsur-unsur dalam NKRI.

(KR-LHS)