Ekspor kerajinan Gunung Kidul terkendala letak geografi

id Ekspor kerajinan Gunung Kidul terkendala letak geografi

Ekspor kerajinan Gunung Kidul terkendala letak geografi

Kerajinan akar wangi buatan perajin Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, yang dipasarkan ke Amerika dan Kuwait. (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul (ANTARA Jogja) - Ekspor produk kerajinan dari Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kendala letak geografi dan prosedur pengiriman barang.

"Letak geografis Kabupaten Gunung Kidul yang sangat berbukit dan jalannya yang berkelok-kelok menjadikan eksportir atau pengusaha enggan mendirikan perusahaan di Gunung Kidul. Selain itu, prosedur pengiriman yang berbelit-belit turut andil penyebab tidak adanya perusahaan eksportir yang tertarik di Gunung Kidul," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertambangan Kabupaten Gunung Kidul Siwi Iriyanti di Gunung Kidul, Senin.

Menurut dia, tingkat pendidikan dan individual perajin di Gunung Kidul juga menjadi faktor tidak berkembangnya perusahaan ekspor di Gunung Kidul.

Untuk menyatukan perajin di Gunung Kidul membuat perusahaan ekspor, katanya, tidak mudah.

"Kami sudah memberikan sosialisasi kepada perajin di Gunung Kidul untuk membentuk wadah eksportir yang akan melakukan penjualan produk kerajinan. Tetapi dalam pelaksanaannya, meraka mencari bahan dasar sendiri, membuat sendiri dan mengekspor secara sendiri. Jadi belum ada, kebersamaan di antara perajin di Gunung Kidul," kata dia.

Disperindagkop dan Pertambangan Gunung Kidul membantu dalam pemasaran hasil kerajinan di Gunung Kidul, dengan mengikutkan perwakilan kelompok dalam berbagai pameran tingkat nasional dan internasional di Jakarta.

"Kami mengikutsertakan perajin Gunung Kidul dalam berbagai kegiatan. Tujuannya, hasil kerajinan Gunung Kidul dapat dikenal khalayak umum baik nasional dan internasional," kata dia.

Terkait penanganan ekspor kerajinan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), kata Siwi, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul belum memiliki anggaran dan tidak ada lembaga yang menangani.

"Kami belum bisa membantu penjualan ke luar negeri, khusus membentuk BUMD untuk eskpor barang-barang buatan dari Gunung Kidul. Selain itu, kami akui pengurusan surat menyurat pengiriman ke luar negeri cukup rumit," kata dia.

Ia mengatakan, Gunung Kidul memiliki berbagai produk unggulan yang pada dasarnya sangat potensial untuk diekspor selain sektor industri yakni gaplek.

"Ekspor gaplek masih dilakukan perorangan yang juga melewati pihak ketiga melalui Surabaya atau Semarang," kata Siwi. 

 (KR-STR)