Jogja (ANTARA Jogja) - Serapan ultraviolet dari sinar matahari mampu menghambat penyakit kulit inflamasi kronis yang bersifat menahun dan kambuhan, psoriasis, kata pakar kesehatan kulit dan kelamin Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sunardi Radiyono.
"Gejala klinis dari penyakit psoriasis antara lain kulit merah bersisik, menebal, gatal hingga mengelupas. Sebagai penyakit autoimun, kemunculannya disebabkan interaksi faktor genetik dan lingkungan," katanya di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, di Indonesia penyakit itu bisa muncul bagi mereka yang sebelumnya menderita penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis dan lepra. Namun, kejadian psoriasis di Indonesia terbilang cukup rendah dibandingkan negara-negara di belahan Eropa, karena adanya panas sinar matahari sepanjang tahun.
"Di negara Eropa yang mayoritas berasal dari Bangsa Kaukasoid, prevalensi kejadian psoriasis lebih tinggi dibandingkan Bangsa Mongoloid, seperti Asia Timur dan Afrika Barat Daya. Fenomena itu memberi kesan orang Kaukasoid lebih rentan terkena psoariasis," katanya.
Namun demikian, kata dia, faktor genetik, ras, imunologik, geografik, musim, antigen, eksternal, stres emosional, dan hormonal ikut berperan pada aktivasi penyakit itu.
"Kejadian prevalensi di Indonesia belum diketahui secara jelas, tetapi berdasarkan frekuensi kunjungan pasien baru psoriasis di berbagai rumah sakit hasilnya bervariasi antara 0,2-2,2 persen dari jumlah seluruh pasien," katanya.
Ia mengatakan penyakit kulit itu umumnya timbul lewat perantara penyakit infeksi menular tropis. Tuberkuosis, human papilloma virus (HPV) dan berbagai penyakit menular seperti lepra dan malaria menjadi faktor pencetus psoriasis.
"Penyakit itu cenderung dijumpai pada daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah perdesaan karena pola hidup yang tidak sehat, tingkat stres emosional, pengaruh alkohol dan rokok. Semua itu bisa mempengaruhi faktor genetik DNA dalam tubuh," katanya.
Menurut dia penyakit itu umumnya mempengaruhi dan menekan kualitas hidup penderitanya karena rasa percaya diri yang berkurang dan merasa penyakit itu sulit disembuhkan.
"Penyakit itu bisa disembuhkan jika dikontrol dengan baik, meskipun tidak bisa sepenuhnya dihilangkan," kata Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UGM itu.
(B015)
Berita Lainnya
BRIN: Pemanfaatan nuklir bisa dongkrak mutu pangan
Senin, 2 September 2024 14:57 Wib
Suhu panas menyengat terpa Aceh hingga DKI Jakarta
Senin, 24 Juni 2024 13:12 Wib
Untuk naik kelas, Raffi-Kaesang tempatkan UMKM di BSD City
Sabtu, 30 Maret 2024 20:18 Wib
Jangan cuci muka usai terpapar matahari, saran dokter kulit
Jumat, 1 Maret 2024 4:37 Wib
Basarnas Kendari cari delapan korban kapal tenggelam di Perairan Wawonii
Rabu, 28 Februari 2024 11:25 Wib
Warga Yogyakarta diimbau waspadai paparan UV tinggi
Minggu, 24 September 2023 11:21 Wib
Penting!, penggunaan tabir surya untuk kesehatan
Kamis, 27 April 2023 7:22 Wib
UMKM disabilitas mengikuti pameran "Indogreen Forestry & Environment Expo"
Jumat, 3 Maret 2023 17:46 Wib