Sleman kembangkan Padi Ciherang dengan sistem SRI

id padi dengan sri

Sleman kembangkan Padi Ciherang dengan sistem SRI

Tanam padi (Foto Antara/Noveradika)

Sleman (Antara Jogja) - Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan pertanian jenis padi Ciherang melalui sistem "System of Rice Intensification" atau SRI.

"Sistem ini diharapkan mampu memotivasi para petani dalam memproduksi padi secara maksimal, sehingga Sleman mampu mempertahankan predikatnya sebagai gudang berasnya Provinsi DIY," kata Bupati Sleman Sri Purnomo di sela panen perdana di Bulak Sawah Rejosari, Jogotirto, Berbah, Selasa.

Menurut dia, dari waktu ke waktu upaya untuk mempertahankan produksi beras di Sleman menghadapi tantangan yang sangat berat terle�bih lagi luas lahan pertanian yang ada di Sleman ini dari tahun ke tahun semakin menyusut.

"De�ngan demikian pelak���sa��na�an panen raya padi, sebagai hasil dari penerapan teknologi pertanian tepat guna, dan teknologi modern bercocok tanam ini dapat memotivasi kelom�pok-kelompok tani lainnya untuk mengoptimalkan produk�si," katanya.

Ia mengatakan, selama 2007 sampai dengan 2012 Kabupaten Sleman masih mampu mempertahankan predikat sebagai lumbung beras di Provinsi DIY.

"Surplus beras pada 2012 sebanyak 109.724 ton dengan produksi padi sawah pada 2012 mencapai 311.378 ton dan padi ladang mencapai 1.437 ton. Dari total produksi padi tersebut, Kecamatan Berbah memberikan kontribusi sebesar 13.342 ton atau 4,28 persen, dengan area tanam seluas 2.100 hektare," katanya.

Sri Purnomo mengatakan bahwa produktivitas padi di Kecamatan Berbah selama 2012 sebesar 68,21 kuintal per hektare.

"Berdasarkan angka produktivitas ini, diharapkan para petani di Kecamatan Berbah dapat semakin berkerja keras dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian. Petani harus semakin inovatif, dan dapat menggunakan padi varietas unggul, seperti padi pengembangan SRI ini," katanya.

Selain itu, para petani bisa memanfaatkan teknologi tepat guna, serta teknik atau metode tanam yang lebih berdaya guna sebagaimana model Tanam Jajar Legowo atau Tajarwo.

Sedangkan Ketua Kelompok Tani Tekat Makmur Rejosari Hartono mengatakan, program SRI tahun anggaran 2012/1013 dengan anggaran Rp43 juta digunakaan untuk benih 300 kilogram, NPK Phonska 4 ton, pupuk organik 56 ton, obat 24 liter yang diperuntukkan bagi 112 petani dengan luas 20 hektare.

"Pelaksanaan kegiatan tanam pada 13 November 2012 Kepala Dinas Pertanian DIY. Dosis pemupukan per hektare urea 250 kg (swadaya) phonska 200 kg, organik 2 ton dan bibit 15 kg," katanya.

Ia mengatakan, permasalahan yang dihadapi petani bahwa pada waktu tanam ada serangan hama keong, juga serangan penyakit tanaman padi hama kresek dan busuk malai.

"Serangan tersebut sulit mengatasinya," katanya.

Sementara hasil panen ubinan padi dengan model Tajarwo 2:1 hasil ubinan per Kg (2,5 m x 2,5 m) rata-rata 5,29 kg dan produktivitas (ton/hektare) 8,46 ton.

"Dari hasil ubinan dapat disimpulkan produktivitas padi Demonstrasi Usahatani di kelompok Tani Tekat Makmur hasilnya lebih baik dibanding hasil ubinan musim tanam yang lalu hanya 7,30 ton per hektare," katanya.
(U.V001)