Tati seorang tunanetra, temukan asa dengan JKN

id JKN,BPJS Kesehatan

Tati seorang tunanetra, temukan asa dengan JKN

Johana Retno Februhartati, penyandang tunanetra, menjalani pengobatan berkali-kali dengan JKN. (ANTARA/HO-BPJS Kesehatan)

Yogyakarta (ANTARA) - Berobat mungkin menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang.

Bagaimana tidak, biaya pengobatan kian hari kian mencekik. Dari mana mencari biaya, kebutuhan sehari-hari saja terkadang kembang-kempis. Kalaupun berobat, harta benda selama ini terancam "mental" untuk menutup biayanya.

Berangkat dari keresahan ini, negara hadir memberikan jaminan pembiayaan melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Denyut harapan berdetak kencang hingga sudut Yogyakarta.

Johana Retno Februhartati, penyandang tunanetra, akhirnya bisa meraba asa untuk kembali sehat. Tak terbersit keraguan di hati Tati, sapaan akrabnya. Ia berdiri tegak, langkahnya terasa ringan menjalani pengobatan berkali-kali dengan JKN.

"Dari awal pertama ada BPJS Kesehatan, saya langsung ikut menjadi peserta. Sejak tahun 2014 mungkin, agak lupa persisnya. Saya ini penderita diabetes juga ada hipertensi sehingga setiap bulan rutin ke dokter endokrin di RS Panti Rapih," kata Tati ditemui di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Yogyakarta, Rabu (26/03).

Tati sadar, kepesertaan JKN mampu melindungi dirinya dari risiko ekonomi. Biaya untuk penyakit kronis seperti diabetes melitus terbilang besar. Pengobatannya berkelanjutan dan membutuhkan perawatan jangka panjang.

"Adanya Program JKN penting sekali untuk saya yang sudah lansia dan difabel tunanetra. Saya butuh JKN untuk kesehatan saya sekeluarga. JKN sangat bermanfaat karena ya semua dijamin, sampai operasi pun dijamin. Banyak sekali membantu kaum lemah," kata Tati mantap.

Pengalaman operasi dengan penjaminan JKN pernah pula Tati rasakan. Saat itu, nyeri hebat ia rasakan pada perut bagian kanan atas. Tak kuat menahan rasa sakit, Tati segera dilarikan ke IGD rumah sakit.

"Saya langsung menuju ke IGD karena kesakitan di sini (perut). Akhirnya dilakukan operasi pengangkatan kantong empedu dan ternyata ada 37 batu empedu di dalamnya. Layanan dengan JKN sangat memuaskan sekali dan tidak ada bedanya pasien umum dengan pasien JKN. Saya belum pernah mengalami perbedaan itu," tegas Tati.

Manfaat Program JKN tidak hanya dirasakan oleh Tati sendiri, keluarganya juga turut merasakan hal yang sama. Suami dan anak Tati merasa tenang karena telah terdaftar sebagai peserta JKN. Keluarga Tati menjadikan Program JKN sebagai andalan saat berobat.

"Saya satu keluarga lo semua menggunakan JKN. Suami saya operasi hernia juga JKN, lalu operasi katarak juga JKN lagi. Kemudian anak saya operasi kelenjar getah bening juga JKN. Suami saya dirawat karena stroke ya JKN, pokoknya semuanya. Sangat bagus JKN meringankan beban saya sebagai orang kecil," terang Tati.

Begitu panjang perjalanan Tati dan keluarga memanfaatkan Program JKN, semua berjalan dengan semestinya. Bahkan permintaan berkas fotokopi pun tak pernah ada. Semua layanan kesehatan ia akses tanpa biaya.

"Semua 0 rupiah, dijamin semuanya oleh JKN. Proses pengobatan hingga operasi dipermudah dan diperlancar. Kalau tidak ada JKN, tidak ada BPJS Kesehatan saya tidak bisa berobat," ujarnya.

Tak datang sendiri, Tati didampingi oleh Menuk, seorang relawan yang mendampingi penyandang disabilitas dan orang lanjut usia.

Ia menilai hadirnya Program JKN telah membantu banyak orang yang memerlukan. Menuk menambahkan selama mendampingi orang yang membutuhkan, tidak pernah menemui kendala dalam mengurus JKN.

"Pengalaman saya selama melakukan pendampingan, salah satunya kepada Ibu Tati, hadirnya Program JKN memiliki peran yang besar bagi mereka yang membutuhkan. Sebagai relawan yang mendampingi, tidak pernah ada kendala. Program JKN ini luar biasa dan terbukti membantu banyak orang yang memerlukan," ucap Menuk.

notification icon
Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com