Mahasiswi Ubaya rancang kursi dari karton telur

id mahasiswi Ubaya rancang

Mahasiswi Ubaya rancang kursi dari karton telur

Mahasiswi Universitas Surabaya Carolina Wirakusuma (Foto Istimewa)

Surabaya (Antara Jogja) - Mahasiswi Universitas Surabaya Carolina Wirakusuma merancang kursi dari karton (kertas tebal) yang biasa digunakan sebagai tempat telur, namun bisa diduduki orang dengan berat 75-90 kilogram.

"Ibu saya suka bikin kue, sehingga wadah telur yang terbuat dari karton sering dibuang. Karena itu saya mencari ide untuk memanfaatkannya," kata mahasiswi jurusan Desain Manajemen Produk pada Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu di Surabaya, Selasa.

Hasil karya yang dinamakan "Cerusi" atau kerusi/kursi dalam Bahasa Melayu itu terbuat dari wadah telur ayam atau telur burung puyuh yang digunting per kotak, kemudian hasilnya diperkuat dengan lem kayu.

"Untuk menjadi kursi, meja, atau lampu hias, maka potong-potongan karton telur itu direkat dengan lem 'epoxy' dengan pola repetisi (pengulangan). Caranya memang mudah, tapi hal paling sulit adalah membuat desainnya," katanya.

Menurut perempuan kelahiran Samarinda pada 1 Juli 1990 itu, proses pembuatan kursi berkisar seminggu, sedangkan meja berkisar 3-4 hari. "Kalau lampu hias bisa selesai dalam sehari, tapi saya sekarang tertantang membuat kursi sofa yang mungkin lebih rumit dan lama," katanya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku dirinya sudah melakukan penelurusan (browsing) di internet, ternyata olahan karton telur itu sudah digunakan pot bunga dan sofa. "Tapi karton telur yang dipakai utuh, sedangkan saya menggunting dan merangkainya," katanya.

Tentang jumlah karton telur yang dibutuhkan, putri pasangan Lenny Margo dan Irawan Wirakususma itu mengatakan satu kursi yang dibuatnya membutuhkan kurang lebih 35 lembar karton telur.

"Untuk setiap produk memang membutuhkan bahan baku yang berbeda. Khususnya pada lampu hias, saya mengombinasikan karton telur ayam dengan karton telur puyuh agar ada kesan menarik dan estetik," katanya.

Harga jualnya, alumni SMAK Sunodia Samarinda itu mematok harga kursi senilai Rp570 ribu, meja Rp369 ribu, dan lampu hias Rp239 ribu. "Kalau beli satu set hanya Rp1,1 juta," kata mahasiswi yang mendapat nilai AB untuk 'cerusi' sebagai tugas akhir (TA) itu.

Sementara itu, dosen pembimbing Wyna Herdiyana ST MDs mengungkapkan produk Cerusi masih memiliki kekurangan yakni belum tahan air yang permanen, sehingga hanya bisa digunakan secara "indoor".

"Harapan saya, produk karya Caroline itu bisa disempurnakan oleh adik kelasnya sehingga bisa menghasilkan karya yang lebih fleksibel," katanya.

(E011)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024