Mahasiswi Ubaya rancang lampu dari botol pecah

id mahasiswi ubaya rancang

Mahasiswi Ubaya rancang lampu dari botol pecah

Tiga mahasiswi Ubaya perancang lampu hias dari botol pecah (Foto Ist)

Surabaya (Antara Jogja) - Tiga mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) merancang lampu hias untuk ruang tamu atau taman yang terbuat dari pecahan botol dan tidak terpakai (sampah).

"Konsep awalnya dari PIMUS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya) yang melombakan karya dari botol kaca dan plastik," kata salah seorang mahasiswi, Vivi Oktavia, di kampus setempat, Jumat.

Didampingi dua rekannya, yakni Yuliawati Dharmali dan Christina Jayanti, di sela-sela pameran PIMUS di lantai bawah Perpustakaan Ubaya, ia menjelaskan estetika botol plastik itu rendah.

"Karena itu, kami sepakat untuk membuat karya yang menggabungkan botol kaca dan botol plastik, lalu kami memecah botol kaca dan menggunting botol plastik itu," katanya.

Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk pada Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu mengatakan botol kecap dari kaca itu dipecahkan pada bagian atas dan bawah.

"Botol kaca pada bagian tengah itulah yang dimasuki bolam neon, sedangkan bagian atas dan bawah dipecah hingga menjadi butiran kaca kecil mulai dari butiran kasar, sedang, dan halus," katanya.

Setelah lampu dimasukkan, katanya, bagian bawah ditutup dengan gelas plastik yang biasa dipakai minum es teh, lalu direkat dengan lem kaca dan plester bening.

Sementara itu, botol plastik digunting menjadi berbentuk daun untuk direkatkan dengan lem pada lampu sehingga mirip rangkaian kelopak pada bunga.

"Bagian kelopak itu ditaburi dengan butiran kaca dari butiran kasar, sedang, hingga halus, tentu direkat dengan lem, tapi lem juga diperbanyak agar butiran-butiran kaca itu tidak melukai," katanya.

Untuk mempercantik, kata dia, bagian botol kaca yang ada ditaburi dengan gliter (serbuk berwarna perak), sehingga karya mereka yang dinamai "Recycled Crystal Lamp" itu memberi kesan mewah.

"Oh ya, bagian atas botol yang pecah sengaja dibiarkan apa adanya agar panas bolam bisa mengalir keluar lewat mulut botol kaca," katanya.

Pihaknya sempat berencana menambahkan fosfor untuk efek "glow in the dark" tapi batal diaplikasikan karena hasilnya justru memberi kesan olahan bahan bekas kurang nampak serta kilauan pecahan kaca yang membuat lampu menjadi mewah juga hilang.

"Kami membuat karya untuk lomba itu hanya empat jam dengan bahan seadanya bermodalkan sekitar Rp40 ribu, namun kami bangga bisa membuat barang recycle berkesan bukan murahan," katanya.

(E011)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024