Yogyakarta (Antara Jogja) - Asosiasi Pengembangan Kerajinan Rakyat Indonesia optimistis produk kerajinan ramah lingkungan dengan berbahan dasar serat alam semakin diminati oleh pasar internasional.
"Meski sedang terjadi pelemahan ekonomi global, kami yakin peminatnya di pasar internsional masih stabil, bahkan semakin meningkat," kata Direktur Asosiasi Pengembangan Kerajinan Rakyat Indonesia (Apikri) Amir Panzuri di Yogyakarta, Selasa.
Ia menyebutkan hingga kini hampir 90 persen produk para pengrajin di bawah naungan Apikri dijual di pasar ekspor. Omzet penjualan selama 2015 mencapai rata-rata Rp450 juta per bulan atau mengalami kenaikan 12 persen dari 2014.
"Alhamdullah omzet kami justru naik. Kami optimistis kembali naik 15 persen pada 2016," ucap Amir.
Produk kerajinan yang banyak diminati konsumen luar negeri, menurut dia, antara lain rumah burung dari tempurung kelapa yang dibanderol 5 dolar Amerika Serikat (AS), peti mati berbahan enceng gondok 150 dolar AS, serta rebana dari kayu mangga 10 dolar AS.
Menurut Amir, konsumen di pasar internasional kini cenderung mencari produk dengan nilai-nilai lokal etnik dari negara produsen seperti Indonesia. Para konsumen, seperti di AS serta Eropa juga telah berkomitmen tidak ingin menggunakan produk yang berdampak atau dihasilkan dengan merusak lingkungan.
"Permintaan `green product` terus naik dan akan menguat seiring dengan kesadaran konsumen negara tujuan ekspor mengenai pentingnya produk ramah lingkungan," tuturnya.
Oleh sebab itu, hal tersebut menjadi peluang bagi perajin Indonesia untuk menggencarkan produksi kerajinan dengan bahan baku alam. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang memiliki persediaan bahan baku alam potensial melimpah.
Kekayaan alam untuk kerajinan khas Indonesia, menurut dia, juga dapat menjadi salah satu produk andalan dalam persaingan di Pasar ASEAN. Bahan baku yang sering dan dapat ditemui di Yogyakarta, misalnya mendong, daun pandan, pelepah pisang. Jenis bahan baku tersebut termasuk yang digemari "buyer" asal Eropa.
Meski demikian, ia juga berharap para perajin yang memanfaatkan bahan baku alam tetap menjaga keseimbangan alam dengan ikut melakukan peremajaan bahan baku alam.
"Sudah semestinya menjadi kewajiban para perajin untuk melakukan peremajaan bahan baku, bukan hanya mengutamakan keuntungan materi semata," ujarnya.
(L007)
