Dekan: MEA jangan dipandang ajang persaingan ekonomi

id perajin hadapi MEA

Dekan: MEA jangan dipandang ajang persaingan ekonomi

MEA 2015 (Foto Istimewa) (istimewa)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Wihana Kirana Jaya berharap Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak dimaknai sebagai ajang persaingan ekonomi antarnegara ASEAN melainkan sebagai ajang kerja sama.

"Kalau MEA dianggap sebagai momentum persaingan atau kompetisi antarnegara ASEAN, cara pandang itu perlu diubah," kata Wihana di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Wihana, keluarnya inggris dari Uni Eropa cukup menjadi pelajaran bagi ASEAN agar menguatkan antarnegara anggotanya, bukannya bersaing dan mendominasi. Apalagi, saat ini pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN masih cukup kuat.

"Antar-"emerging market" (negara berkembang) di ASEAN harus saling menguatkan dan menopang satu sama lain," kata dia.

Ia mengatakan jika perspektif MEA sebagai ajang untuk berkompetisi maka tujuan utama digagasnya MEA justru tidak tercapai. Wacana MEA, menurut dia, awalnya dimunculkan agar antarnegara ASEAN saling melengkapi dan menguatkan kinerja perekonomian satu dengan lainnya.

"Perspektifnya adalah "win-win" bukan berekspansi untuk menunjukkan siapa menang dan kalah," kata dia.

Oleh karena itu, agar MEA betul-betul mewujudkan bentuk kerja sama dan saling membangun, Wihana berharap setiap produk atau investasi yang masuk ke Indonesia harus bermuatan transfer pengetahuan.

Sebaliknya jika Indonesia memaknai MEA sebagai ajang persaingan maka Indonesia indikator skill Sumber Daya Manusia (SDM), menurut dia, belum terlalu kuat untuk bersaing dengan negara ASEAN lainnya.

China, menurut dia, merupakan salah satu negara yang mendapatkan transfer pengetahuan berupa teknologi dari Jepang dalam konteks hubungan ekonomi, bukan hanya dipandang sebagai pasar. Dengan demikian perekonomian kedua negara itu saat ini bisa sama-sama kuat.

"Dalam konteks investasi harus ada "knowledge transfer", jadi memasuki MEA ini seharusnya bukan uang dan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya yang berbondong-bondong dimasukkan ke Indonesia," kata dia.

(L007)