BBWSSO DIY pasang geomembran Irigasi Kalibawang

id Irigasi

Kulon Progo (Antara Jogja) - Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Daerah Istimewa Yogyakarta akan memasang geomembran jaringan irigasi Kalibawang yang ambles di Talang Bowong, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, pada Senin (9/1) dan ditargetkan air mengalir 15 Februari.

Koordinator Operasional dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Kalibawang Basito di Kulon Progo, Jumat, mengatakan berdasarkan pengecekan lokasi yang dilakukan petugas Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) pada Selasa (3/1), Talang Bowong akan dipasang geomembran sebagai langkah tanggap darurat.

"Tadi pagi, kami sudah mengecek ke lokasi. Material bangunan sudah ada di lokasi, tinggal menunggu geomembran. Rencana akan mulai dikerjakan Senin (9/1)," kata Basito.

Ia mengatakan cagak-cagak beton juga mulai dibangun. Diharapkan satu bulan, bangunan sudah kering dan air dapat dialirkan pada 15 Februari.

"Pelaksana proyek sudah berusaha keras membuat desainnya. Semoga pelaksanaannya berjalan lancar, dan tanggap darurat Talang Bowong dapat terealisasi," katanya.

Basito mengatakan dari luasan area tanam seluas 7.152 hektare, sawah yang di Daerah Irigasi (DI) Papah seluas 986 hektare dan Penjalin seluas 704 hektare tidak bisa mendapat aliran air secara total akibat kerusakan Talang Bowong. Kemudian lahan seluas 2.800 hektare akan dialiri air dari Bendung Kayangan dan Waduk Sermo.

"Kami berupaya mencari jalan keluar dan solusi terbaik area tanam seluas 7.152 hektare dapat tercukupi kebutuhan airnya," kata dia.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Bambang Tri Budi mengatakan saluran induk irigasi Kalibawang Kilometer 8 dan 16,5 ambles sehingga mengancam lahan sawah seluas 7.152 hektare.

Ia mengatakan kondisi saluran irigasi di KM 8 dan KM 16,5 rusak parah sejak Desember, sehingga saluran irigasi langsung ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan.

"Kami sudah melakukan rapat koordinasi. Kami mengusulkan solusi jangka pendek dengan menerapkan sistem geomembran," kata Bambang.

Ia mengatakan dampak kerusakan irigasi jangka panjang kalau tidak segera diperbaiki yakni produktivitas padi akan turun tajam. Irigasi Kalibawang mengaliri luasan tanam 70 persen dari 10.500 hektare sawah yang ada di Kulon Progo.

Untuk itu, saluran yang ambles seluas 70 meter persegi, baik KM 8 dan KM 16,5 harus ditangani segera. Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) pada dasarnya sudah menyusun rencana detail teknis (DED) perbaikan jaringan irigasi Kalibawang.

Selain itu, BBWSSO menganggarkan Rp250 miliar perbaikan pada 2017. Perbaikan jaringan sendiri dilakukan secara bertahap mulai 2017 hingga 2019.

"DED saluran irigasi Kalibawang sudah selesai dibuat pada September 2016, tapi dengan kejadian kerusakan KM 8 dan KM 16,5, DED tersebut harus direvisi," katanya.

Ia berharap petani dapat memahami kondisi kerusakan ini. Kalau ketersediaan air kurang mencukupi baik masa tanam pertama dan kedua, petani harus memakluminya.

"Kami mengusahakan jaringan segera dapat diperbaiki. Kami juga sudah mengusulkan penggunaan anggaran tidak terduga pemkab untuk memperbaiki jaringan irigasi Kalibawang yang rusak," katanya.

(KR-STR)