UMKM Gunung Kidul kesulitan memasarkan produk

id UMKM,kerajinan

UMKM Gunung Kidul kesulitan memasarkan produk

Ilustrasi UMKM

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kendala memasarkan produknya.

Ketua Kelompok Batik Tulis Cangkring, Dusun Bansari, Kepek, Muji Lestari, di Gunung Kidul, Selasa, berharap pemerintah setempat mendampingi membuka pangsa pasar.

Menyinggung soal produksi, Muji Lestari mengatakan bahwa pembuatan batik tulis tidak bisa banyak setiap bulannya karena kemampuan maksimal menjual produknya sebanyak 8 s.d. 10 batik. Hal ini karena pihaknya terkendala pada pemasaran produk.

"Kami masih terkendala dengan pemasaran produk. Pasalnya, dalam industri batik, banyak persaingan," katanya.

Muji mengakui butuh campur tangan pemerintah agar UMKM terus berkembang di Kabupaten Gunung Kidul.

Ia menyebutkan harga batik tulis memang lebih tinggi daripada batik printing ataupun cap karena dan juga lebih rumit dalam pembuatannya.

Pelaku UMKM lainnya, Sakiyo (65), pemilik pabrik tahu, Dusun Sumbermulyo, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari lebih pada keterbatasan tenaga kerja.

Ia mengatakan bahwa pihaknya hanya mempekerjakan lima orang. Itu pun kadang-kadang ada yang tidak masuk kerja.

Setiap hari, dia membutuhkan 2 kuintal kedelai yang berasal dari pemasok. Bahan baku, seperti kedelai dan kayu bakar, baginya tidak ada masalah.

Soal pemasaran, produksi tahunya disetorkan ke beberapa pedagang di pasar, seperti Pasar Argosari Wonosari dan Pasar Playen.

"Untuk keuntungan Rp210 ribu sampai Rp230 ribu per hari," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Gunung Kidul Widagdo mengatakan bahwa selama ini karena keterbatasan sumber daya manusia para pelaku UMKM tidak banyak berinovasi.

Produk yang dihasilkan cenderung biasa dan belum mampu bersaing. "Pelaku UMKM tidak boleh cepat puas, harus berinovasi," katanya.

Pemkab terus mendukung upaya agar pengusaha meningkatkan inovasi dengan terus memberikan pelatihan. Selain itu, juga mendukung pengurusan perizinan PIRT.

Karena keterbatasan anggaran, kata dia, dari 38.000 UMKM yang ada di Gunung Kidul, baru beberapa titik yang dilakukan pembinaan.
KR-STR