Bantul (ANTARA) - Pemerintah Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebut hampir 90 persen dari total lahan pertanian seluas 2.000 hektare di wilayah setempat tidak dapat ditanami tanaman akibat kekeringan karena dampak musim kemarau 2019.
"Kalau daerah sini itu kebanyakan lahannya kering, bahkan hampir 90 persen lahan yang ada tahun ini tidak panen, itu yang musim tanam tahap kedua ini ya," kata Kepala Desa Munthuk Dlingo, Kelik Subagyo di Bantul, Selasa.
Menurut dia, dari total lahan pertanian 2.000 hektare yang tersebar di beberapa pedukuhan se-Desa Munthuk seperti Seropan, Tangkil, Gunung Cilik dan Karangasem tersebut yang ditanami hanya seluas 200 hektare atau 10 persen, itupun hasil panenan kurang maksimal.
"Yang biasanya hasil panen paling melimpah itu setelah hujan agak kering beberapa bulan itu hasilnya yang paling bagus, tapi sekarang banyak yang tidak dapat panen, bahkan ada yang kering di tengah jalan, hanya sekitar 200an hektare itu yang bisa ditanami," katanya.
Kelik mengatakan, lahan yang tidak dapat ditanami tanaman pangan pada musim kemarau ini karena di sekitarnya tidak terdapat sumber air, melainkan daerah tadah hujan, berbeda dengan daerah yang ada mata air yang dikelola masyarakat untuk kepentingan pengairan maupun kebutuhan lain.
"Yang bisa itu hanya yang ada sumber airnya yang muncul ke permukaan, kalau (daerah) yang lain kan cuma tadah hujan, sehingga enggak bisa, kalau enggak ada air hujan ya petani kita nggak bisa panen, bisa panen tapi hanya satu kali padi saat hujan," katanya.
Dia menjelaskan, wilayah Munthuk yang kondisi geografisnya berada di perbukitan atau dataran tinggi itu selama ini petani hanya menanam padi, sangat jarang yang menanam palawija, karena model pengairan bukan irigasi, sehingga kalau tidak ada hujan kesulitan air.
Dia mengatakan, langkah yang dilakukan pemerintah desa adalah berkomunikasi dengan kelompok tani maupun gabungan kelompok tani (gapoktan) agar bisa mengkondisikan lahanya, termasuk dengan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Dlingo jika ada bantuan benih untuk musim tanam selanjutnya.
"Di gapoktan dan poktan dan itu bantuannya bentuknya benih, kalau musim hujan nanti dari BPP kerja sama dengan gapoktan untuk pembibitannya, dan biasanya petani itu dikenai biaya murah, misal kalau beli di toko itu Rp60 ribu, tapi di poktan sekitar Rp20 ribu atau sesuai dengan kesepakatan," katanya.
Berita Lainnya
Irigasi jebol akibat hanjir, 100 hektare sawah gagal tanam
Kamis, 18 Januari 2024 5:02 Wib
Kulon Progo perpanjang status tanggap darurat kekeringan
Rabu, 6 Desember 2023 19:51 Wib
BPBD Bantul perpanjang Siaga Darurat Kekeringan hingga akhir Desember 2023
Rabu, 6 Desember 2023 10:50 Wib
Awas! picu longsor saat hujan, kekeringan lama di Jawa
Selasa, 21 November 2023 6:52 Wib
Pemkab Kulon Progo memperpanjang status tanggap darurat kekeringan
Senin, 13 November 2023 11:39 Wib
LKBN ANTARA salurkan bantuan air bersih di dua kecamatan di Gunungkidul
Selasa, 7 November 2023 17:58 Wib
Warga Gunung Kidul terdampak kekeringan, Pandawa Ganjar bawa bantuan air bersih
Minggu, 5 November 2023 14:27 Wib
BPBD Gunungkidul menyalurkan air bersih 4.491 tangki kepada masyarakat
Jumat, 3 November 2023 20:23 Wib