Harga cabai keriting di Kota Yogyakarta merangkak naik

id cabai keriting,yogyakarta

Harga cabai keriting di Kota Yogyakarta merangkak naik

Pedagang cabai merah keriting di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Sawung Fahriansyah)

Yogyakarta (ANTARA) - Harga komoditas pokok khususnya aneka cabai keriting di sejumlah pasar tradisional di Kota Yogyakarta merangkak naik seiring tingginya curah hujan selama musim hujan di wilayah itu.

Harga cabai merah keriting di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Selasa, terpantau dijual di kisaran Rp50.000 per kilogram (kg) sebelumnya berada di kisaran Rp45.000 per kg.

Sementara harga cabai merah besar berada di kisaran Rp55.000 per kg sebelumnya Rp50.000 per kg.

"Kenaikan harga cabai disebabkan karena cuaca di musim hujan," kata salah satu pedagang cabai di Pasar Beringharjo, Gandong (54).

Menurut dia, meski cabai merah keriting dan cabai merah besar naik, namun aneka cabai rawit justru turun. Seperti cabai rawit merah turun dari Rp33.000 per kg menjadi Rp30.000 per kg dan cabai rawit hijau dari Rp34.000 per kg menjadi Rp29.000 per kg.

Pedagang cabai lainnya, Warti (55) mengatakan kendati harga cabai naik, daya beli masyarakat masih cukup tinggi. Selain itu, stok komoditas itu juga masih aman karena pasokan lancar.

"Pasokan cabai aman dan masih bisa mencukupi kebutuhan pembeli karena dipasok dari Muntilan, Magelang, dan Sragen meski pun pasokan dari Bantul berkurang. Pembeli masih ramai seperti biasa," kata Warti.

Seorang pembeli cabai, Winarto (40) mengatakan kenaikan harga tidak mempengaruhi porsi pembelian cabai sebagai kebutuhan pokok usaha ayam pedas miliknya.

"Enggak naik ataupun naik saya tetap beli karena kebutuhan memasak," kata dia.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY Yanto Apriyanto membenarkan bahwa kenaikan harga cabai keriting disebabkan tingginya curan hujan di Yogyakarta yang membuat komoditas itu mudah membusuk.

"Harga cabai terutama cabai keriting dan besar mengalami kenaikan hal ini disebabkan cuaca di mana curah hujan di DIY cukup lebat," kata dia.
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024