Bantul (ANTARA) - Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Rifai bersama Bupati Bantul Suharsono meninjau proyek pembangunan beberapa jembatan di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebelumnya roboh akibat dampak cuaca ekstrem.
"Jadi kunjungan saya ke sini pertama dalam rangka mengevaluasi, melakukan monitoring, bahwa daerah Bantul merupakan bagian yang terdampak pada saat badai siklon tropis Cempaka tahun 2017," kata Rifai disela meninjau proyek jembatan di Kedungjati Selopamioro Bantul, Selasa.
Dampak badai Siklon Tropis Cempaka pada 2017 mengakibatkan hujan ekstrem di wilayah Kabupaten Bantul dan kabupaten lain di DIY, kejadian itu mengakibatkan infrastruktur air dan jembatan hanyut, sehingga pemerintah pusat melalui BNPB memberikan bantuan untuk pembangunan kembali jembatan.
Pada tinjauan lapangan kali ini, BNPB bersama Bupati dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul mengunjungi proyek Jembatan Gayam di Desa Segoroyoso Pleret, Jembatan Kedungjati di Selopamioro Imogiri, Jembatan Kiringan di Canden Jetis dan Jembatan Benyo di Sendangsari Pajangan.
"Alhamdulillah pada 2018 khusus Bantul dan kabupaten lain mendapat bantuan, makanya saya ingin pastikan tahun ini (2020) adalah tahun terakhir untuk dilaksanakan selama dua tahun, dan tadi ketika saya di desa satu melihat sangat puas," katanya.
Dia berharap, dengan adanya pembangunan kembali jembatan yang hancur karena bencana itu nantinya akan bisa memberikan kontribusi kepada kehidupan perekonomian masyarakat sekitar, mengingat jembatan juga merupakan akses vital bagi mobilitas ekonomi warga.
"Apalagi dari informasi yang saya terima, bahwa daerah ini masuk daerah destinasi wisata baru. Jadi saya berharap jembatan dapat selesai awal September 2020, saya dan tim akan mencoba sekali lagi memastikan ini sudah jadi dan melihat dari sisi standarisasi pembangunan," katanya.
Total anggaran yang digelontorkan pemerintah pusat melalui BNPB untuk pembangunan kembali lima jembatan di Bantul yang hancur karena Badai Cempaka sebesar Rp64 miliar, dan dia memastikan bahwa proyek jembatan pada saat ini tetap berjalan meski di tengah pandemi COVID-19.
"Telah dikeluarkan Permen PUPR (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) tentang Protokol Kesehatan untuk penyelenggaraan konstruksi, jadi tidak ada penundaan semua tetap dijalankan, tetapi syaratnya protokol kesehatan jalankan," katanya.