Yogyakarta (ANTARA) - Meskipun harus batal bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pada upacara Hari Ulang Tahun ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia, namun 46 pelajar dari Kota Yogyakarta yang lolos seleksi pasukan pengibar bendera pusaka 2020 tetap memperoleh piagam penghargaan dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
“Jangan berkecil hati dan jangan patah semangat karena tidak bisa bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pada upacara Kemerdekaan tahun ini. Kalian harus tetap bangga terpilih sebagai anggota paskibraka,” kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti saat menyerahkan penghargaan ke puluhan pasukan pengibar bendera usai upacara peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, kondisi pandemi COVID-19 memaksa seluruh pihak untuk melakukan banyak penyesuaian dalam tatanan kehidupan sehari-hari, termasuk upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang harus digelar dengan cara yang berbeda dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun ini, upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Kota Yogyakarta digelar secara terbatas dan hanya diikuti sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta serta sejumlah anggota DPRD setempat.
Pasukan pengibar bendera yang bertugas pun berasal dari pasukan pengibar bendera yang terpilih tahun lalu.
“Secara nasional, kondisinya pun hampir sama. Oleh karenanya, kami berinisiatif untuk memberikan penghargaan kepada pelajar yang lolos seleksi paskibraka tahun ini,” katanya.
Haryadi pun meminta agar pelajar yang lolos seleksi sebagai pasukan pengibar bendera tahun ini bisa tergabung sebagai anggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI).
Seleksi pasukan pengibar bendera di Kota Yogyakarta sudah dilakukan sejak pertengahan Maret. Bahkan, Kota Yogyakarta mampu meloloskan delapan pelajar untuk menjadi pasukan pengibar bendera di tingkat DIY dan satu pelajar lolos seleksi nasional.
Sementara itu, pelajar asal Kota Yogyakarta yang lolos seleksi paskibraka tingkat nasional Kaisar Althaf Emir (17) menyatakan sempat merasa kecewa karena mimpinya bertugas sebagai bagian dari pasukan pengibar bendera tingkat nasional harus pupus.
“Ada kecewanya karena untuk lolos seleksi ada banyak hal yang dikorbankan, seperti waktu untuk belajar dan lainnya. Tetapi, pasti ada hikmah dari peristiwa ini,” kata pelajar SMA Negeri 1 Yogyakarta itu.
Ia mengatakan, sejak lolos seleksi di tingkat Kota Yogyakarta, sama sekali belum pernah mengikuti latihan apapun bahkan belum pernah bertemu secara langsung dengan pelajar lain yang juga lolos seleksi.
“Ketemu hanya via Zoom. Lalu ada seleksi di tingkat DIY dan saya dinyatakan lolos untuk seleksi nasional,” katanya.
Sementara itu, Sigit Raharjo selaku orang tua Kaisar bersama orang tua dari pelajar lain yang lolos seleksi sebagai pasukan pengibar bendera di Kota Yogyakarta berharap adanya pengakuan dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
“Pengorbanan anak-anak untuk bisa lolos seleksi sangat besar. Kami bersama orang tua lain sedang memperjuangkan supaya mereka bisa diakui, dengan dikukuhkan sebagai anggota paskibra. Tentunya, hal ini akan menjadi kebanggaan untuk anak-anak,” katanya.