Dispar Kulon Progo mengembangkan panggung geowisata di Perbukitan Menoreh

id Kulon Progo,Dispar Kulon Progo

Dispar Kulon Progo mengembangkan panggung geowisata di Perbukitan Menoreh

Objek wisata Gua Kiskendo yang berada di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupeten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewacanakan pengembangan gugusan Perbukitan Menoreh membentuk panggung geowisata di beberapa titik gua dan gunung purba dalam rangka mendukung terwujudnya wisata berbasis budaya berkelas dunia.

Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito di Kulon Progo, Kamis, mengatakan beberapa titik yang diproyeksikan sebagai panggung geowisata di antaranya Gunung Ijo, Gunung Gajah dan Gunung Kendil, serta dua gua purba yakni Gua Kiskendo dan Gua Sriti.

"Rencana pengembangan panggung geowisata tersebut merujuk pada hasil kajian akademis yang menyatakan bahwa beberapa gunung dan gua di kawasan Perbukitan Menoreh merupakan kaldera raksasa gunung api purba dan gua berkarakteristik unik. Ini menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk membranding Kulon Progo dengan predikat destinasi wisata purba dunia," kata Joko Mursito.

Ia mengatakan saat ini, pihaknya menunggu review Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Riparda) di 2021-2025. Salah satu yang sudah disiapkan yakni program Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Suroloyo-Sendangsono.

Program KSPD Suroloyo-Sendangsono rencananya akan dikembangkan menjadi wisata bertema budaya alam pegunungan dan desa wisata bersegmen wisatawan minat khusus. Pihaknya juga akan menyiapkan tema besar, sehingga harapannya Kulonprogo bisa memiliki destinasi wisata budaya kelas dunia.

"Kami akan membuat tema besar, karena Ripparda berbunyi pariwisata kolaboratif berbasis budaya kelas dunia. Sedangkan hingga saat ini kami belum punya destinasi wisata budaya tersebut," kata Joko.

Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan Perda Nomor 9 Tahun 2015 tentang Ripparda 2015-2025 sudah tidak tidak relevan seiring dengan perkembangan infrastruktur Bandara Internasional Yogyakarta, jalur bedah Menoreh yang menghubungkan Bandara YIA dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur, serta penyesuaian terhadap regulasi, serta kebijakan pembangunan kepariwisataan.

"Perda Nomor 9 Tahun 20215 tentang Ripparda 2015-2025 perlu ditinjau untuk disesuikan," kata Sutedjo.

Ia mengatakan adanya dinamika perkembangan kepariwisataan sebagaimana di atas juga berpengaruh terhadap visi pembangunan kepariwisataan daerah yaitu terwujudknya Kulon Progo sebagai destinassi pariwisata kolaboratif yang berbasis budaya, terkemuka, berkelas dunia, berdaya saing, mandiri, berkelanjutan, dan mampu mendorong pembangunan daerah, serta menyejahterakan masyarakat.

Selanjutnya, perubahan juga terjadi dalam arah kebijakan pembangunan daya tarik wisata pengembangan kawasan strategis pariwisata daerah (KSPD) dan pengembangan kawasan pembangunan pariwisata daerah (KPPD) yang meliputi, KSPD Suroloyo dan sekitarnya, KSPD Kiskendo dan sekitarnya, KSPD Bandara YIA dan sekitarnya, KSPD pantai selatan dan KPPD Segaleh.

"Kulon Progo memiliki sumber daya pariwisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata unggulan daerah, sehingga perlu dikelola dengan baik dan benar agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kulon Progo," harapnya.