Yogyakarta (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) Kampus Yogyakarta melakukan pendampingan terhadap sejumlah petani di wilayah BPP Nogosari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dalam mempraktikkan tanam padi dengan sistem Jajar Legowo (Jarwo).
Sejumlah petani di wilayah BPP Nogosari, Kabupaten Boyolali terlihat antusias mempraktikkan tanam padi dengan sistem Jarwo di atas lahan demonstrasi plot (demplot) seluas 1 hektare di Desa Pojok, Kecamatan Nogosari, Boyolali.
Petani berminat mempraktikkan cara tanam tersebut setelah sebelumnya diberikan penyuluhan oleh sejumlah mahasiswa Polbangtan YoMa Kampus Yogyakarta bekerja sama dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) BPP setempat.
Menurut PPL setempat Parjiyanto, petani di Desa Pojok baru pertama kali mengaplikasikan sistem tanam Jarwo 4:1, sebelumnya para petani terbiasa menanam padi dengan sistem labrakan atau tegel. Oleh karena itu, mahasiswa Polbangtan YoMa bersama PPL mencoba untuk mengenalkan sistem tanam Jarwo dengan membuat demplot percontohan seluas 1 hektare.
"Adanya demplot ini bertujuan untuk mengenalkan dan menerapkan teknologi kepada kelompok tani guna meningkatkan produktivitas," kata Parjiyanto
Lebih lanjut Parjiyanto mengatakan bahwa jika demplot menunjukkan hasil panen yang baik makan akan kemungkinan besar petani akan menerapkan sistem Jarwo ini pada musim tanam (MT) selanjutnya.
Salah satu peserta pelatihan sekaligus Ketua Kelompok Tani (Poktan) Desa Pojok Saminto mengatakan bahwa kegiatan pendampingan yang telah dilakukakan oleh mahasiswa selama kurang lebih hampir dua bulan ini sangat bermanfaat bagi dirinya dan anggota Poktan lainnya.
"Biasanya kami menggunakan labrakan, belum tahu sistem Jarwo. Katanya kalau pakai Jarwo panennya bisa meningkat, jadi kami minta didampingi oleh mahasiswa dan PPL untuk mencobanya di demplot terlebih dahulu," kata Saminto.
Terhitung sejak tanggal 5 Juni lalu sebanyak 30 mahasiswa Polbangtan YoMa Kampus Yogyakarta diterjunkan untuk mendampingi langsung petani di Kabupaten Boyolali, dan 10 di antaranya ditempatkan di Kecamatan Nogosari.
Menurut Direktur Polbangtan YoMa Bambang Sudarmanto, kegiatan penerjunan mahasiswa ini merupakan salah satu dari rangkaian proses pembelajaran pendidikan vokasi pertanian yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa agar dapat memetakan kendala dan menjadi bagian dari solusi permasalahan pertanian yang ada di lapangan.
"Mahasiswa selain melakukan kuliah daring, juga harus langsung terjun ke lapangan membantu petani, agar mereka tahu kondisi riil di lapangan. Tidak hanya paham teori saja," kata Bambang.
Hal ini juga tidak terlepas dari salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) yaitu mendorong terciptanya SDM Pertanian berkualitas dan penumbuhan serta pengembangan 2,5 juta petani milenial.
Seperti diketahui, kegiatan pendampingan dan pelatihan SDM Pertanian merupakan salah satu agenda utama pembangunan pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berulang kali menekankan pentingnya SDM Pertanian yang berkualitas guna mewujudkan misi pertanian Indonesia yang Maju, Mandiri, dan Modern.
"BPPSDMP dengan semua kadis harus siapkan orang yang harus dilatih untuk menaikkan kualitas pertanian, naikkan Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian, siapkan 1 juta orang," tutur SYL.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa dalam membangun SDM Pertanian, pihaknya memiliki tiga program aksi yang salah satunya yaitu regenerasi petani melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi.
"Ciptakan 'champion' sebanyak-banyaknya kemudian lakukan resonansi di lingkungan masing masing, sehingga tercipta 2,5 juta petani milenial," ujar Dedi.