Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan partai politik (parpol) perlu menetapkan aksen untuk identitasnya, dengan mengambil salah satu dari lima sila Pancasila sebagai titik berat.
“Parpol harus bisa mengidentifikasi dirinya dengan lima sila Pancasila, aksentuasi mereka di mana? Misalnya menekankan sila pertama, parpolnya identik dengan sila kesatu,” ujar Ray di Jakarta, Rabu.
Dengan begitu, Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia itu melanjutkan, semua orang akan sepakat bahwa penitikberatan pada satu sila dari Pancasila tersebut adalah gaya parpol tertentu.
Pancasila sebagai ideologi negara memang harus menjadi landasan parpol dalam berpolitik. Parpol dengan kekuatan dan pengaruhnya dapat memberikan pendidikan politik kepada masyarakat umum.
Namun, menurut Ray, dalam sosialisasi politiknya, belum ada pola yang terorganisasi ataupun desain yang dibuat untuk meningkatkan citra partai.
“Jadi, mereka lebih banyak bermain di isu-isu aktual, belum menciptakan isu yang mencitrakan partai mereka seperti apa,” kata dia.
Sosialisasi dan edukasi politik merupakan langkah awal agar aksentuasi pada satu sila Pancasila itu dapat diterima secara luas, dan tertanam dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
“Mereka belum melakukan upaya ke arah sana, jangan hanya menjelang pemilu,” lanjut Ray.
Apalagi, dia menambahkan, Pemilu 2024 akan didominasi pemilih dari kelompok milenial dan generasi Z, yang memerlukan bekal berpolitik. Peluang menggaet suara generasi muda itu harus dimanfaatkan.
“Pencitraan kepada kelompok-kelompok milenial dilakukan oleh individu-individu dalam partai, bukan oleh parpol,” ungkap Ray.