Yogyakarta targetkan bentuk delapan sekolah aman bencana hingga akhir 2022

id sekolah aman bencana,satuan pendidikan aman bencana,yogyakarta

Yogyakarta targetkan bentuk delapan sekolah aman bencana hingga akhir 2022

Sejumlah siswa SD berlari ke tempat aman saat simulasi evakuasi gempa dan tsunami di Lubukbuaya, Padang, Sumbar (ANTARA/Iggoy El Fitra)

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta menargetkan mampu membentuk delapan sekolah atau satuan pendidikan aman bencana hingga akhir tahun 2022.

“Kami akan bentuk di jenjang SD dan SMP, masing-masing empat sekolah,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat di Yogyakarta, Rabu.

Hingga saat ini, sudah terbentuk lima satuan pendidikan aman bencana (SPAB), yaitu di SD Gambiran, SD Suryoputran, SD Sayidan, SMP Negeri 4 Yogyakarta, dan SMP Negeri 16 Yogyakarta.

“Sisanya, akan kami kejar untuk segera dibentuk hingga akhir tahun ini,” katanya.

Menurut dia, pembentukan SPAB bukan pekerjaan yang mudah karena ada berbagai kendala yang dihadapi, khususnya waktu dan sumber daya manusia (SDM).

“Misalnya saja, kami jadwalkan edukasi mitigasi bencana saat hari libur, tetapi sekolah berkeinginan pada hari kerja yang juga terbentur dengan kegiatan belajar mengajar,” katanya.

Meskipun demikian, Nur memberikan apresiasi kepada sekolah yang sudah mengawali pembentukan SPAB tersebut.

“Pembentukan ini adalah program baru yang baru dilakukan tahun ini,” katanya.

Sekolah yang sudah membentuk SPAB diharapkan mampu membangun ketahanan untuk mengurangi risiko bencana di lingkungannya.

“Siswa, guru, dan warga sekolah memiliki kewaspadaan dan sikap responsif saat terjadi bencana dan memahami cara-cara untuk mengurangi risiko bencana serta tahu cara penanganan awal apabila ada bencana,” katanya.

Dengan demikian, ia berharap, kewaspadaan dan ketahanan yang sudah terbangun tersebut dapat meminimalisasi potensi munculnya korban apabila terjadi bencana.

“Dalam edukasi SPAB, juga dilakukan simulasi-simulasi penanganan bencana. Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana,” katanya.

Sekolah juga mendapat pendampingan untuk mengelola mitigasi bencana, salah satunya menyusun jalur evakuasi yang aman.

“Untuk kelengkapan fasilitas, memang belum ada karena memang aktivitas di sekolah terbatas. Hanya pada jam pelajaran saja,” katanya.

Selain di sekolah, upaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dilakukan dengan membentuk Kampung Tangguh Bencana (KTB). Tahun ini dibentuk 15 kampung dan diharapkan hingga akhir tahun sudah ada 145 KTB yang terbentuk.
Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024