60 persen jaringan irigasi di Bantul telah dibangket

id Saluran irigasi Bantul ,Rehabilitasi jaringan irigasi ,Lahan pertanian Bantul

60 persen jaringan irigasi di Bantul telah dibangket

Lahan pertanian di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta perlu didukung jaringan irigasi yang baik. (ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan bahwa sekitar 60 persen jaringan irigasi pertanian baik tersier maupun kuarter yang melintasi lahan pertanian seluruh wilayah ini telah dibangket.

"Sekarang panjang jaringan irigasi tersier dan kuarter  sekitar 1,2 juta meter se-Bantul, dan yang telah dibangket sekitar 55 sampai 60 persen, jadi masih banyak yang belum kami bangket," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo di Bantul, Kamis.

Namun demikian, kata dia, terhadap jaringan atau saluran irigasi pertanian yang belum dibangket atau belum diperkeras itu terus diupayakan perbaikan melalui program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) maupun kegiatan pembangunan di instansi lain.

"Seperti tahun ini kami sudah mulai kerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui program padat karya infrastruktur, jadi ada yang selain untuk cor jalan, kegiatan juga untuk rehabilitasi jaringan irigasi," katanya.

Selain itu, kata dia, pemerintah kabupaten juga mengusulkan perbaikan jaringan irigasi Bantul ke pemerintah pusat dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui kegiatan rehabilitasi PSP (Prasarana dan Sarana Pertanian).

Sementara itu, Kepala Dusun (Dukuh) Nglaren, Kelurahan Potorono, Bantul, Ari Cahyo Wibowo mengatakan, di wilayah pedukuhannya terdapat lahan pertanian seluas 24 hektare, yang dalam kegiatan budidaya padi, sangat membutuhkan sarana jaringan irigasi memadai.

Namun demikian, kata dia, jaringan irigasi pertanian di daerahnya sebagian sudah mengalami kerusakan dan tidak dapat berfungsi mengalirkan air ke lahan pertanian dengan baik.

"Di sini saluran irigasi sudah sangat tua, banyak kerusakan baik itu bangket sudah rusak, rembes ke mana-mana, sehingga air sudah tidak ke jalur irigasi, tapi melebar lewat rembesan itu," katanya.

Pihaknya juga sudah mengajukan ke pemerintah daerah setempat agar ada perbaikan jaringan irigasi, agar pengairan lahan pertanian bisa lebih maksimal.

"Terakhir diperbaiki itu tahun 2019 tapi di saluran tersiernya. Padahal, sudah banyak ada sedimentasi dari tanah itu sangat mengganggu, dan masih ada juga saluran irigasi belum terbangun, atau terbangket," katanya.