Pasien kanker paru tak semua harus kemoterapi

id kanker paru,terapi target,Kalbe,Erlotinib generik

Pasien kanker paru tak semua harus kemoterapi

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P(K), Presiden Direktur PT Global Onkolab Farma Selvinna, dan Head of External Communications PT Kalbe Farma Tbk Hari Nugroho, dalam media briefing "Inovasi Pengobatan Kanker Paru Melalui JKN" di Jakarta pada Rabu (31/5/2023) (ANTARA/Suci Nurhaliza)

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru dr Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P(K) dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, tidak semua pasien kanker paru harus kemoterapi, namun bisa juga melakukan terapi target atau targeted therapy.

"Orang kanker paru sekarang tidak selalu harus terapi kemo. 55 persen orang Indonesia yang kanker paru bisa pakai tablet targeted therapy," kata staf pengajar di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RSUP Persahabatan itu dalam diskusi bersama Kalbe di Jakarta, Rabu.

Sita yang merupakan Ketua Bidang Hubungan Luar Neger PDPI itu menjelaskan, terapi bagi pasien kanker paru sebetulnya sangat bervariasi, tergantung tipe atau jenisnya.



Menurutnya, ada dua jenis utama kanker paru yakni small cell lung cancer (SCLC) atau kanker paru sel kecil dan non-small cell lung cancer (NSCLC).

Terdapat lebih dari 80 persen kanker paru adalah NSCLC, di mana 40 persen dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR). Pengobatan untuk kanker jenis tersebut tentu berbeda dengan tipe kanker paru lainnya.

"Pada pasien dengan jenis kanker paru bukan sel kecil, pasien akan direkomendasikan dengan obat small molecule EGFR TKI atau menghambat tyrosine kinase," ujar Sita.

Berbeda dengan kemoterapi, Sita mengatakan terapi target khusus menargetkan sel kanker agar pertumbuhan dan penyebarannya terhambat.

"Kalau kemoterapi membunuh sel kanker dan sel-sel sehat, oleh karena itu ada efek sampingnya misalnya rambut rontok, infeksi, mudah berdarah, mual, muntah. Biasanya diinfus bisa one-day care, artinya enggak perlu dirawat," tutur Sita.

Ke depan, Sita mengatakan terapi target untuk pengobatan kanker terutama kanker paru tampaknya akan menjadi terapi yang utama, mengingat banyaknya jumlah kanker paru dengan jenis NSCLC yang positif mutasi EGFR.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter: Tidak semua pasien kanker paru harus kemoterapi
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024