Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih melakukan pembahasan peningkatan status kejadian luar biasa (KLB) antraks, karena akan berdampak pada kondisi peternakan dan ekonomi peternak di wilayah tersebut.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta di Gunungkidul, Minggu, mengatakan Pemkab Gunungkidul masih melihat perkembangan ke depan konstelasi antraks di daerah ini.
"Kalau aman-aman seperti ini dan di lapangan terkendali tidak ada masalah, saya rasa akan kita lihat. Kalau memang diputuskan KLB akan kita lihat nanti," kata Sunaryanta.
Ia mengatakan Pemkab Gunungkidul memantau dan serius dalam menangani penyakit antraks. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait bergerak cepat melakukan pemantauan dan penanganan agar penyakit antraks dapat dilokalisasi.
"Kami melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan masih melakukan penanganan dan pengawasan supaya antraks tidak meluas," katanya.
Sunaryanta menduga sumber penyakit antraks berasal dari luar daerah. Penyebaran penyakit yang dibawa oleh bakteri Bacillus anthracis di wilayahnya muncul belakangan dibanding wilayah lain.
"Sebenarnya antraks kan sudah ada sejak dulu ya. Kita ini dari 2019," kata Sunaryanta.
Di Gunungkidul, lanjutnya, kasus antraks kali ini hendaknya menjadi yang terakhir. Wilayah lain lebih dulu terkena antraks dan setelahnya baru muncul di wilayah ini.
"Artinya, antraks yang ada di Gunungkidul ini tidak bersumber utamanya dari kita, tapi dari luar yang masuk ke Gunungkidul," ucapnya.
Anehnya, akhir-akhir ini, bahkan sampai viral, karena masyarakat mengonsumsi ternak mati. Sudah mati, namun oleh warga justru diambil lagi dagingnya untuk dikonsumsi.
"Akhirnya apa, penyakit menular bakteri menular. Dari ratusan suspek antraks, satu diantaranya menular kepada manusia," katanya.
Ia mengimbau kepada warga agar bersama-sama menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). "Imbauan saya tentu kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau tidak mengulang kembali peristiwa yang terjadi seperti ini," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan akhir pekan lalu ratusan warga yang tinggal di zona merah penyakit antraks menjalani uji serologi.
Darah yang diambil untuk mengetahui seseorang diketahui positif antraks atau tidak, karena penanganan disesuaikan dengan gejala.
"Perkembangan terbaru masih status quo. Menunggu hasil laboratorium kemarin tentunya," kata Dewi Irawaty.
Dia menjelaskan uji serologi berlangsung di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo pada (7/7). Sebanyak 143 warga terjadwal melakukan uji serologi.
"Peserta uji serologi merupakan warga terpapar antraks maupun yang merasa perlu melakukan uji sero survei," katanya.
Berita Lainnya
Kementerian PPPA mengidentifikasi kasus perdagangan bayi di Yogyakarta
Sabtu, 14 Desember 2024 3:49 Wib
Dinkes Sleman ajak masyarakat bersihkan lingkungan mencegah sarang nyamuk
Rabu, 11 Desember 2024 14:37 Wib
Polres Bantul ungkap 135 kasus penyalahgunaan narkoba selama 2024
Sabtu, 7 Desember 2024 21:22 Wib
Sleman melakukan pendampingan psikologi tekan kasus kekerasan pada anak
Jumat, 6 Desember 2024 22:40 Wib
Yusril sebut transfer Bali Nine bukan soal kasus melainkan beratnya hukuman
Kamis, 5 Desember 2024 20:09 Wib
Polres ajak masyarakat tingkatkan kepedulian pada keluarga tekan kasus bunuh diri
Kamis, 5 Desember 2024 14:43 Wib
Pemkot Yogyakarta atasi kasus kekerasan melalui aplikasi lapor kekerasan
Sabtu, 30 November 2024 19:46 Wib
Pejabat bea cukai diperiksa Kejagung terkait kasus impor gula
Jumat, 29 November 2024 8:59 Wib