Ketum PSI Kaesang: Kesejahteraan guru-gizi murid harus seimbang

id kaesang pangarep, partai solidaritas indonesia,ketua Umum PSI, pemilu 2024

Ketum PSI Kaesang: Kesejahteraan guru-gizi murid harus seimbang

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep memberikan keterangan kepada wartawan di sela-sela kegiatan safari politik di Medan, Sumatera Utara, Senin (13/11/2023). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Medan (ANTARA) - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep mengatakan kesejahteraan guru harus berimbang dengan pemenuhan gizi anak sekolah di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air, sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

“Kalau bicara pendidikan, dari saya pribadi kesejahteraan guru harus berseimbang dengan pemenuhan gizi dari anak-anak didik yang ada di Indonesia,” kata Kaesang dalam silaturahmi dengan tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat Sumut di Medan, Sumatera Utara, Senin.

Di hadapan para tokoh agama dan tokoh masyarakat Sumut, putra bungsu Presiden Joko Widodo tersebut antusias membicarakan soal pendidikan di Tanah Air.

Dalam kunjungan safari politik yang dilakukannya di sejumlah daerah di Tanah Air, Kaesang menemukan beberapa persoalan dunia pendidikan.

Seperti saat mengunjungi Tasimalaya, Jawa Barat sebulan yang lalu, dirinya bertemu dengan seorang guru honorer yang digaji Rp150 ribu per bulan. Gaji tersebut dibayarkan setiap tiga bulan sekali.

“Menurut saya kunci kesuksesan dalam pendidikan adalah kesejahteraan guru,” ujarnya.

Menurut dia, bagaimana guru dapat mengajar anak muridnya hingga memiliki masa depan yang bagus tetapi kesejahteraan gurunya tidak terpenuhi,

Selain itu, Kaesang menyebut, dirinya juga melihat tidak meratanya kualitas pendidikan maupun kesejahteraan guru di setiap daerah.

Seperti tingkat kesejahteraan guru di Kota Medan dengan Nias dan Tapanuli Selatan atau Samosis tidaklah sama.

“Nah ini yang saya inginkan adalah menyamaratakan seluruh pendidikan yang ada di Indonesia dengan mensejahterakan guru yang ada di Indonesia,” katanya.

Pemilik usaha Sang Pisang itu juga menyoroti minatnya lulus pendidikan sekarang menjadi seorang guru. Salah satunya karena kurangnya kesejahteraan guru. Hal ini dikarenakan adanya label bahwa “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”.

“Label ini yang mau saya hapus duluan. Melabelkan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, itu harus dihapus. Karena guru perlu tanda jas supaya mereka sejahtera juga, masak yang sejahtera cuma muridnya, gurunya melarat,” katanya.

Tidak hanya itu, kata Kaesang, dalam kunjungan di Kupang awal bulan lalu, dirinya menemukan anak yang secara gizi tidak bisa terpenuhi. Kondisi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, termasuk kualitas pemikirannya.

“Bagaimana mau belajar, gizi saja tidak bisa terpenuhi secara kapasitas otak mungkin tidak bisa berkembang sebaik anak-anak yang ada di Medan dan Jakarta,” katanya.

Maka dari itu, lanjut Kaesang, diperlukan keseimbangan antara kesejahteraan guru dan pemenuhan gizi yang ada di tingkat SD, SMP dan SMA.

 


 

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024