Dinkes Yogyakarta gencarkan pantau ISPA mencegah Mycoplasma pneumoniae

id Mycoplasma pneumoniae,Dinkes Yogyakarta,Kota Yogyakarta,ISPA

Dinkes Yogyakarta gencarkan pantau ISPA mencegah Mycoplasma pneumoniae

Ilustrasi - Seorang anak pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menanti giliran periksa di Puskesmas. ANTARA FOTO/ Feny Selly.

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menggencarkan pemantauan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di wilayah ini untuk mencegah kasus pneumonia akibat infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae.

"Kami sudah sampaikan ke faskes-faskes, kalau ada lonjakan kasus (ISPA) untuk lebih 'aware' atau waspada," kata Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu saat dihubungi di Yogyakarta, Senin.

Menurut Endang, pemantauan intensif khususnya dilakukan pada 18 puskesmas yang tersebar di Kota Yogyakarta melalui Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus).

"Kalau untuk rumah sakit kami bikinkan edaran kewaspadaan," ujar dia.

Peningkatan pemantauan itu menyusul Surat Edaran Kemenkes RI Nomor PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Endang mengakui kasus ISPA selalu muncul setiap tahun di Kota Yogyakarta.

Namun demikian, sebagian besar merupakan ISPA biasa yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus dan Staphylococcus.

"Bisa karena kualitas udara. Bisa karena kuman atau bakteri," kata dia.

Dia mengatakan ISPA pada umumnya ditandai dengan demam, batuk, pilek, atau sakit pada tenggorokan, sedangkan pneumonia pada umumnya disertai dengan sesak napas.

"Biasanya hanya menyerang tenggorokan, bronkus. Tapi kalau yang ini (pneumonua) yang diserang paru-paru," ujar dia.

Berdasarkan data Dinkes Kota Yogyakarta sejak Januari-Oktober 2023, jumlah kunjungan pemeriksaan balita batuk atau kesukaran bernapas (ISPA) di 18 puskesmas sebanyak 11.323 anak.

Dari data kunjungan pemeriksaan tersebut, 441 balita di antaranya tercatat mengalami pneumonia.

Sejak pemantauan kasus ISPA ditingkatkan, Endang memastikan hingga kini belum ada temuan kasus pneumonia yang diakibatkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae di Kota Yogyakarta. "Belum dan mudah-mudahan tidak ada," ujar dia.

Kendati demikian, ia mengimbau masyarakat segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan manakala menjumpai atau mengalami gejala ISPA. "Ketika ada keluhan untuk segera ke faskes jangan sampai lebih parah," kata Endang.

Dia meminta warga Kota Yogyakarta tidak perlu panik seraya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti cuci tangan memakai sabun, makan makanan bergizi seimbang, serta rajin berolahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Selain itu, Endang juga mengimbau masyarakat melakukan vaksinasi influenza, melengkapi dosis vaksinasi COVID-19, serta vaksinasi penyakit pernapasan lainnya, seperti PCV.

"Pakai masker kalau keluar rumah. Kalau memang sakit sebaiknya diisolasi beberapa hari di rumah," tutur Endang.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Dalam surat edaran tersebut, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus yang dicurigai pneumonia.

Ia juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan dan vektor. Kemudian binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.