Kulon Progo (ANTARA) - Balai Pendidikan Menengah Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta meminta setiap sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan di wilayah ini memiliki tim pencegahan tindak kekerasan untuk meminimalisasi fenomena perundungan di kalangan pelajar.
Kepala Seksi Layanan Balai Dikmen Kulon Progo Fajrina di Kulon Progo Senin mengatakan, saat ini santer fenomena perundungan (buliying) di sekolah-sekolah.
"Balai Dikmen Kulon Progo sudah membuat program pencegahan perundungan di sekolah, yakni membentuk tim pencegahan tindak kekerasan di setiap sekolah," kata Fajrina.
Menurut Fajrina, melalui tim inilah persoalan pelajar diselesaikan secara internal. Prosesnya turut melibatkan tenaga pengajar khususnya guru konseling serta wali pelajar.
"Yang jelas kami berupaya melakukan pendekatan pelajar yang mengalami permasalahan," katanya.
Fajrina juga mengklaim laporan kasus perundungan pelajar di Kulon Progo terbilang rendah. Meski begitu, upaya pencegahan tetap gencar dilakukan.
Balai Dikmen Kulon Progo juga intensif melalukan sosialisasi ke sekolah-sekolah soal pencegahan perundungan.
Adanya sosialisasi tersebut, pelajar bisa lebih memahami dampak dan bahaya dari perundungan. Seperti menyebabkan trauma dan gangguan kesehatan mental pada korbannya.
Apalagi, ia menilai, para pelajar juga rentan terpengaruh aksi perundungan. Sebab jika tidak diarahkan, maka mereka berpotensi menjadi pelakunya.
"Makanya kami coba rangkul para pelajar lewat sosialisasi seperti ini," kata Fajrina.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami mengatakan, perundungan jadi salah satu faktor penyebab sejumlah kasus percobaan bunuh diri sebagian dilakukan oleh usia pelajar.
Dinkes juga mengupayakan pencegahan dengan memantau kondisi psikis pelajar secara rutin. Salah satunya lewat proses skrining ke pelajar di sekolah-sekolah setiap tahunnya.
"Skrining ini berguna agar penanganan gangguan psikis pada pelajar bisa ditangani sejak dini," katanya.