Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai pendampingan psikososial menjadi kebutuhan yang mendesak untuk menyembuhkan rasa trauma para warga Kepulauan Bawean Gresik Jawa Timur yang menjadi korban gempa bumi.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta Senin, mengatakan bahwa sebagian besar dari total jumlah korban yang menempati posko pengungsian mengalami rasa trauma dengan apa yang mereka alami.
Data termutakhir dari tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur total jumlah korban gempa di Bawean ada sebanyak 17.644 orang, yang di antaranya ada 6.277 orang anak-anak, 2.534 orang lanjut usia, dan selebihnya berusia dewasa (17-55 tahun).
“Dari hasil asesmen diketahui bahwa warga mengungsi bukan karena rumah mereka rusak tapi karena faktor trauma gempa susulan,” katanya.
Merujuk catatan Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), setidaknya pada Jumat (22/3) siang – Sabtu (23/3) pagi ada sebanyak 149 kali guncangan gempa. Dua di antaranya rentetan gempa itu memiliki kekuatan 5,9 magnitudo dan 6,4 magnitudo, yang berpusat di 36 kilometer arah barat Pulau Bawean, dan 126 kilometer dari Kota Tuban Jawa Timur.
Ia pun menyebutkan, selain rentetan gempa susulan yang melanda Bawean, isu adanya tsunami yang sempat mencuat oleh pihak tak bertanggung jawab menjadi penyebab psikologis warga setempat terguncang.