Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengajak masyarakat daerah ini untuk mengolah limbah atau sisa kulit buah buahan menjadi ecoenzim, bahan yang mempunyai banyak manfaat untuk alam dan manusia.
"Jadi dari limbah limbah buah terutama kulit itu ternyata kalau kita melihat bisa diolah menjadi ecoenzim, dan ecoenzim ini sudah cukup lama diperkenalkan sekitar empat tahun di Indonesia," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih di Bantul, Kamis.
Pengolahan limbah dapur dan kulit buah buahan menjadi ecoenzim telah diperagakan pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 di wilayah Pantai Gua Cemara pada Rabu (5/6), sebagai upaya mengajak dan edukasi masyarakat tentang pengolahan limbah.
"Dan beberapa uji coba dari ecoenzim ini bermanfaat untuk menyuburkan lahan, untuk mengobati kulit luka, sebagai aktivator pupuk terutama pupuk organik, yang ini nanti akan kita ujicoba untuk peningkatan efektivitas komposter yang kita buat di Fasilitas Pengolahan Sampah Pasar Niten," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Pemkab Bantul melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) nantinya akan menggunakan ecoenzim atau hasil fermentasi limbah organik dapur ini untuk campuran komposter.
"Kemudian kita akan bandingkan melalui uji laboratorium, kalau memang itu ada perubahan yang signifikan, justru nanti kita akan membutuhkan ecoenzim itu banyak sekali," katanya.
Bupati mengatakan terlebih di Kabupaten Bantul terdapat ribuan hektare lahan pertanian hortikultura, yang membutuhkan pupuk untuk menjaga kesuburan tanah, sehingga nantinya perlu diaplikasikan terhadap lahan pertanian itu.
"Kalau nanti memang lebih efektif dan efisien ya kenapa tidak, tetapi kan ini butuh produksi ecoenzim yang besar, kalau ada manfaat nyata seperti ini, maka ini sekaligus akan membantu mengatasi problem sampah organik, kulit-kulit buah tidak dibuang sembarangan, karena ternyata ada khasiat yang besar," katanya.