Bappeda Sleman memperkuat "Sleman Pintar" turunkan angka kemiskinan

id Kemiskinan,Sleman,Bappeda Sleman

Bappeda Sleman memperkuat "Sleman Pintar" turunkan angka kemiskinan

Kepala Bappeda Sleman Dwi Anta Sudibya. (ANTARA/Sutarmi)

Sleman (ANTARA) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperkuat program Sleman Pintar hingga mempermudah investasi baru masuk untuk menurunkan angka kemiskinan di wilayah itu yang masih di angka 7,46 persen pada 2024.

Kepala Bappeda Sleman Dwi Anta Sudibya di Sleman, Jumat, mengatakan angka kemiskinan rendah, penurunannya akan semakin sulit, posisi kemiskinan 2023 sebesar 7,52 persen atau terendah kedua setelah Kota Yogyakarta.

Kalau angka kemiskinan masih di atas dua digit atau di atas 10 persen, penurunannya relatif agak mudah.

"Kalau angka kemiskinan di satu digit memang tidak gampang. Tantangannya, yakni masalah ekonomi. Pertanyaannya, orang miskin diajak berbisnis apa bisa. Yang program yang diandalkan adalah program Sleman Pintar, dan investasi baru," kata Dwi Anta.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sleman, angka kemiskinan di Sleman turun 0,06 persen poin dari 2023 sebesar 7,52 persen, pada 2024 turun tipis menjadi 7,46 persen.

Ia mengatakan, program Sleman Pintar itu menyekolahkan anak dari keluarga miskin. Kemudian, Pemkab Sleman mengawal investasi perusahaan baru yang harapannya menyerap tenaga kerja lokal.

Dwi Anta mencontohkan di Kapanewon Prambanan banyak investasi yang masuk, mulai dari perhotelan, wisata berkembang pesat dan pabrik berkembang. Namun yang menjadi persoalan, angka kemiskinan tidak turun.

"Hal ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi kami, kenapa investasi dan perkembangan wisata tidak dapat berkontribusi pada penurunan kemiskinan di wilayah setempat," katanya.

Dia mengatakan, adanya data BPS Sleman tersebut, Bappeda Sleman membuat kajian perkembangan wilayah, sehingga dapat memetakan penyebab akan kemiskinan tidak turun.

"Kami mengkaji bahwa perkembangan wilayah dan usaha di wilayah itu tidak menyebabkan angka kemiskinan turun," katanya.

Sebelumnya, Ketua Tim Statistik Ketahanan Sosial BPS Kabupaten Sleman Paulus Henri Laksono mengatakan garis kemiskinan Maret 2024 lebih tinggi dibandingkan Maret 2023. Garis kemiskinan 2024 mencapai Rp513.926 per kapita per bulan, sedangkan pada Maret 2023 mencapai Rp491.652 per kapita per bulan.

Pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Kabupaten Sleman mencapai 97,94 ribu orang atau 7,46 persen.

"Artinya, jumlah warga miskin naik sebesar 440 orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 yang sebesar 97,5 ribu orang atau 7,52 persen," katanya.