Yogyakarta (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo berpeluang menjadi embarkasi haji pada 2026.
"Tahun depan insya Allah (YIA jadi embarkasi) kalau semuanya memang bisa memenuhi syarat dan ketentuan sebuah embarkasi. Paling tidak, standar layanan minimal untuk memuaskan jamaah bisa dipenuhi," ujar Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag DIY Jauhar Mustofa di Yogyakarta, Kamis.
Untuk mewujdkan YIA sebagai embarkasi haji, menurut dia, berbagai upaya telah diupayakan bersama Pemda DIY agar syarat yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 36 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Embarkasi bisa terpenuhi.
Pada Desember 2024, kata dia, tim Kemenag RI telah melakukan studi kelayakan dan verifikasi di Kulon Progo terkait proyeksi YIA jadi embarkasi haji.
"Keputusan final dari Kementerian Agama masih kami tunggu," ujar dia.
Dari sisi bandara, Jauhar mengakui bahwa YIA yang telah ditetapkan sebagai bandara internasional memiliki kapasitas yang layak dan memadai sebagai sebuah embarkasi.
Kendati demikian, syarat utama sebuah embarkasi adalah memiliki jumlah jamaah haji minimal 4.000 orang per tahun. Sedangkan hingga kini, DIY rata-rata baru memiliki 3.147 jamaah. "Sehingga masih kurang banyak," ucap dia.
Untuk menutupi kekurangan tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kanwil Kemenag Jawa Tengah agar jamaah dari wilayah perbatasan seperti Purworejo, Temanggung, Kebumen, dan Magelang dapat dimasukkan dalam kuota embarkasi DIY.
Selain itu, fasilitas asrama haji yang ada di Ringroad Utara DIY dinilai belum memenuhi syarat lantaran lokasinya yang jauh dari bandara.
Sebagai solusi, lanjut Jauhar, hotel-hotel yang ada di sekitar YIA diusulkan sebagai asrama sementara.
"Sampai hari ini belum ada keputusan. Belum ada surat pemberitahuan atau keputusan bagaimana data dukung yang kemarin sudah disediakan itu apakah sudah memenuhi syarat atau tidak," kata Jauhar.
Pemda DIY, menurut dia, telah merencanakan pembangunan asrama haji baru di sekitar YIA dengan memanfaatkan tanah Sultan Ground (SG), namun hingga kini belum ada anggaran yang tepat untuk merealisasikannya.
Karena itu, Jauhar mengakui bahwa peluang YIA menjadi embarkasi sulit terealisasi pada 2025, mengingat waktu yang terbatas dan banyak hal yang harus dipersiapkan.
"Kalau nanti misalnya akan ditetapkan sebagai embarkasi, izin 'landing' dan izin terbangnya pun harus disetujui oleh GACA (General Authority of Civil Aviation) Arab Saudi, sehingga masih jauh," ujar dia.
Namun, ia optimistis bahwa pada 2026 semua syarat dan ketentuan tersebut bisa terpenuhi sehingga YIA bisa mulai memberangkatkan jamaah haji.
Penetapan YIA sebagai embarkasi haji, kata Jauhar, bakal membawa dampak positif yang signifikan bagi DIY, terutama dari aspek ekonomi.
Menurut dia, aktivitas di bandara itu akan meningkat sehingga membawa efek berganda pada perekonomian lokal, termasuk sektor transportasi, akomodasi, dan kuliner.
"Seperti di Solo itu kan luar biasa. Jadi, multi efek ekonomi yang didapatkan oleh masyarakat DIY, terutama Temon dan sekitarnya akan sangat luar biasa nanti. Ini memang sebuah cita-cita besar untuk YIA," tutur Jauhar Mustofa.*