Benchmarking dari berbagai negara
Untuk membangun Danantara sebagai pengelola dana investasi dunia, penting untuk mempelajari praktik terbaik dari berbagai negara yang telah sukses mengelola SWF dan superholding BUMN. Beberapa contoh negara yang telah menerapkannya yaitu Norwegia dengan Government Pension Fund Global serta Singapura dengan Temasek Holdings dan GIC.
SWF Norwegia dikenal dengan tata kelola yang transparan dan manajemen risiko yang ketat. Norwegia menerapkan prinsip ethical investment dengan menghindari investasi di sektor yang merusak lingkungan atau melanggar hak asasi manusia.
Temasek Holdings dan GIC di Singapura merupakan contoh sukses superholding yang mengelola portofolio investasi global. Temasek dikenal dengan fleksibilitasnya dalam berinvestasi di berbagai sektor, sementara GIC fokus pada investasi jangka panjang dengan manajemen risiko yang ketat.
Contoh lain adalah China (China Investment Corporation). CIC berhasil mengelola dana investasi negara dengan portofolio yang terdiversifikasi, termasuk investasi di infrastruktur global, teknologi, dan energi. CIC juga aktif dalam kemitraan strategis dengan investor global.
Di negara tetangga kita Malaysia ada Khazanah Nasional yang berperan sebagai superholding untuk mengelola aset strategis Malaysia, termasuk BUMN. Khazanah dikenal dengan pendekatan "active investing" yang melibatkan restrukturisasi dan transformasi perusahaan portofolio.
Uni Emirat Arab memiliki Abu Dhabi Investment Authority (ADIA). ADIA merupakan salah satu SWF tertua dan terbesar di dunia, yang mengelola aset negara berbasis sumber daya minyak, dengan fokus investasi jangka panjang di sektor real estate, infrastruktur, dan teknologi.
Berdasarkan benchmarking tersebut, beberapa praktik terbaik yang dapat diadopsi oleh Danantara antara lain adalah tata kelola yang transparan dan akuntabel dengan menerapkan sistem pelaporan yang terbuka dan audit independen untuk membangun kepercayaan public; diversifikasi portofolio investasi dengan cara menginvestasikan dana di berbagai sektor dan wilayah geografis untuk mengurangi risiko, serta memperhatikan jangka waktu pengembalian Return on Investment (ROI); manajemen risiko yang ketat dengan mengembangkan sistem manajemen risiko yang komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko investasi; dan investasi berkelanjutan (sustainable investment) melalui penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam keputusan investasi.
Baca juga: Presiden Prabowo: Danantara masa depan Indonesia, diresmikan 24 Februari 2025
