Yogyakarta (ANTARA) - Desa Tengklik, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, dikenal sebagai daerah pegunungan dengan morfologi perbukitan yang curam. Kondisi geografis ini membuat desa tersebut rentan terhadap bencana tanah longsor, terutama saat curah hujan tinggi.
Kejadian longsor di Desa Tengklik telah berlangsung sejak tahun 2007 dan berulang setiap musim hujan, menimbulkan kerugian infrastruktur, korban jiwa, serta merusak lahan pertanian.
Salah satu peristiwa besar terjadi pada 26 Desember 2007, ketika tanah mengalami penurunan sekitar 20 cm. Tidak berselang lama, pada 24 Maret 2008, terjadi kembali pergerakan tanah di lokasi yang sama dengan penurunan hingga 50 cm dan rekahan mencapai lebih dari 30 cm. Bahkan pada tahun 2019, longsor yang terjadi mengakibatkan salah satu RT di Dusun Guyon hanya menyisakan delapan kepala keluarga.
"Dulu pernah, mas, mbak, ada longsor besar di tahun 2007 dan makan banyak korban, sampai Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) juga datang ke sini. 2019 justru lebih parah, karena membuat salah satu RT di Guyon tinggal tersisa 8 KK," kata seorang relawan, pernyataan yang turut disetujui oleh Kepala Dusun Guyon Sadiman.
Baca juga: P3KHAM UNS sodorkan empat rekomendasi perbaikan kebijakan keadilan restoratif
Melihat ancaman tanah longsor yang bisa terjadi kapan saja, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 35 Universitas Sebelas Maret (UNS) yang terdiri dari Kevin Maulana, Vincentia Ardhana, Nandika Bagus, Kartika Mutiara, Bagas Wajariyanto, Alviana Tsaniah, Danish Adinata, Fidelia Leona, Amalia Mawadah, dan Nabila Vidya mengadakan Program "Sosialisasi Mitigasi Bencana Longsor" di Desa Tengklik.
Program tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai langkah-langkah pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Selain sebagai bentuk pengabdian masyarakat, kegiatan ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-13 tentang penanganan perubahan iklim.
Edukasi yang diberikan oleh mahasiswa KKN UNS mencakup berbagai langkah mitigasi, seperti tidak menebang pohon sembarangan, melakukan reboisasi di area yang gundul, serta mengenali tanda-tanda awal terjadinya longsor. Mereka berharap masyarakat Desa Tengklik dapat lebih siap dalam menghadapi bencana dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret mahasiswa KKN UNS dalam berkontribusi terhadap ketahanan lingkungan dan keselamatan warga Desa Tengklik. Dengan meningkatnya kesadaran dan kesiapsiagaan, diharapkan risiko bencana tanah longsor dapat ditekan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih aman dan sejahtera.
Baca juga: Dua mahasiswi PEM Akamigas Cepu sabet penghargaan bergengsi di Malaysia
Baca juga: UIN Suka Yogyakarta sosialisasi proses dan seleksi PMB kepada guru BK di DIY
