Yogyakarta (ANTARA) - Siang itu saat ditemui di salah satu ruangan rumah sakit, Maria Endah Budi Astuti antusias menceritakan kelegaan hatinya setelah mendampingi perawatan intensif anak keduanya Clara Anisa Maheswari (6).
Clara sempat mengalami muntah hebat setiap lima menit, Clara memuntahkan isi lambungnya sampai kelelahan.
"Awalnya Clara cuma bilang pusing ke neneknya," cerita Maria, ibu berusia 38 tahun yang ditemui sedang menunggu Clara di kamar rawat rumah sakit, Senin (28/04).
Dugaan awalnya, lanjut Maria, Clara masuk angin biasa, namun semua berubah cepat. Clara mulai muntah dan tidak sekali dua kali, tapi berkali-kali, hingga lebih dari 50 kali dalam sehari.
"Saya lihat sendiri, jam tiga sore masih muntah di ember. Setengah jam kemudian, sudah tidak kuat bangun dari tempat tidur. Bajunya basah semua, sampai terakhir muntahnya cuma suara saja keluar. Waktu itu Clara sampai panik, nanya ke saya, 'Ini gimana, Ma?' Saya juga bingung harus menjawab apa," ceritanya.
Ketika suami Maria pulang kerja pukul enam petang, mereka tak buang waktu. Clara langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Kata dokter, anak saya sudah dehidrasi parah. Proses memasang infus pun penuh perjuangan. Sampai tiga kali tusukan baru dapat pembuluhnya," tambahnya pelan.
Setelah pemeriksaan lanjutan, menurut dokter, Clara terinfeksi bakteri di lambung dan saluran kemih, sehingga harus rawat inap selama lima hari di rumah sakit.
Ada dugaan, semua bermula dari es krim yang dimakan bersama temannya sehari sebelumnya.
"Temannya juga sama memakan es krim dengan merek dan jenis yang sama. Temannya sempat pusing, tapi tidak sampai muntah separah Clara," tambah Maria.
Musibah itu datang menjelang perayaan Paskah. Keluarga yang sudah merencanakan ibadah bersama akhirnya harus menjalani Paskah dari ruang perawatan rumah sakit.
Di tengah kepanikan itu, ada satu hal yang membuat Maria merasa tenang karena ia dan keluarganya telah terdaftar sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Clara menggunakan JKN dari ayahnya yang terdaftar di kelas 2.
Baca juga: Nol rupiah, Kristina manfaatkan Program JKN sejak awal
Awalnya, Maria mengira akan mendapat ruang rawat bersama seperti tahun sebelumnya, ketika Clara dirawat karena bronkitis.
"Baru tahun kemarin, saat Clara kelas TK A karena bronkitis, satu kamar isi empat orang. Sekarang dapat kamar sendiri, ada TV, sofa untuk penunggu, kamar mandi dalam, bahkan ada dispenser air minum," kata Maria masih terdengar heran.
Maria mengaku sempat khawatir saat mengetahui Clara ditempatkan di kamar sendiri. Ketakutan soal biaya tambahan sempat membayangi.
Berkali-kali Maria bertanya ke bagian administrasi rumah sakit, memastikan bahwa semua layanan yang mereka nikmati benar-benar ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
"Saya takut ada salah paham, takut ada tagihan. Tapi ternyata semua benar-benar free. Tidak ada biaya tambahan sama sekali," kata Maria lega.
Pengalaman Maria dengan Program JKN bukan sekali ini saja. Ia pernah menjalani operasi besar akibat kecelakaan tunggal saat masih menjadi guru SD, jauh sebelum menikah.
Ia juga menggunakan Program JKN untuk operasi caesar saat melahirkan anak pertama dan kedua, termasuk saat harus menjalani operasi pembetulan akibat komplikasi dari operasi pertama.
“Kalau dihitung-hitung, saya sudah empat kali masuk ruang operasi. Semua dicover Program JKN. Jadi saya tahu betul bagaimana pentingnya punya jaminan kesehatan ini,” ucap Maria.
Baginya, keberadaan Program JKN adalah pelindung di saat-saat kritis. Di tengah ketidakpastian kesehatan, setidaknya ada satu hal yang bisa dipegang yakni rasa aman dari beban biaya pengobatan.
Hari itu, Clara sudah boleh pulang. Wajah kecilnya ceria, sesekali tertawa kecil sambil menonton Upin Ipin di televisi kamar rawat.
"Puji Tuhan, Clara sudah sehat dan kami tidak mengeluarkan biaya apa-apa, semua ditanggung oleh BPJS Kesehatan," ucap Maria, suaranya bergetar menahan haru.
Di akhir percakapan, Maria menunjukkan kartu digital yang ada di Aplikasi Mobile JKN dari ponsel pintarnya yang bisa dibawa kemana saja tidak khawatir hilang atau ketinggalan.