Sultan HB X singgung dapur umum Merapi saat menanggapi keracunan MBG

id Sultan HB X,Gubernur DIY,Yogyakarta,MBG,dapur umum Merapi,keracunan MBG

Sultan HB X singgung dapur umum Merapi saat menanggapi keracunan MBG

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X. ANTARA/Luqman Hakim

Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyinggung pengalaman membuka dapur umum saat bencana erupsi Gunung Merapi, menanggapi kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayahnya.

"Dulu saya itu di rumah juga sering masak sebenarnya dan saya punya pengalaman 4 tahun, mesti buka pengungsian karena keaktifan Gunung Merapi, mesti buat dapur umum," ujar Sultan HB X saat peluncuran Gerakan Pangan Murah (GPM) di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Yogyakarta, Jumat.

Sultan menilai munculnya kasus keracunan belakangan ini sebenarnya tidak rumit ditelusuri penyebabnya karena erat kaitannya dengan pola memasak.

Menurut dia, risiko keracunan muncul ketika masakan terutama sayur atau daging dimasak dini hari dan baru dikonsumsi beberapa jam kemudian.

"Sebetulnya enggak rumit mencari (sebab) kenapa keracunan, enggak usah menggunakan orang kimia, itu. Masaknya jam setengah 2 pagi, dimakan jam 8 ya sudah pasti 'wayu' (basi)," katanya.

Menurut dia, pola memasak yang kurang tepat harus segera diubah agar kasus serupa tidak berulang.

"Korban itu tidak akan berkurang selama pola masak tidak berubah," ucap Raja Keraton Yogyakarta itu.

Ia menambahkan pola memasak terlalu dini kerap dipicu pesanan yang melampaui kapasitas katering, sehingga penyedia dipaksa memulai produksi lebih awal dari seharusnya.

"Bisa tidak? jam setengah 2 (dini hari) itu jangan masak sayur. Tapi sudah pagi, baru masak sayur, toh dimakan jam 8 atau jam 10. Yang digoreng dan sebagainya, itu didulukan. Sayurnya di belakang," ujarnya.

Oleh karena itu, Sultan meminta kapasitas katering MBG jangan sampai melebihi kemampuan produksi karena risiko keracunan bisa muncul jika penyedia dipaksa melampaui kemampuan.

"Kalau paketnya itu hanya 50 porsi disuruh 100 porsi, ya 'enggak' bisa. Masaknya mungkin jam 3 atau setengah 2 (dini hari), dimakan jam 10 (pagi) mesti keracunan, udah itu sudah logika, khususnya sayur," jelasnya.

Menurut Sultan, saat membuka dapur umum Merapi, ia mengambil kebijakan agar makanan tetap aman dikonsumsi.

"Maka pesan saya yang terakhir adalah, hati-hati, khususnya untuk makan gizi sehat bagi anak-anak kita. Betul-betul dipertimbangkan masaknya, waktunya, dan tenaganya," tutur Sultan.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY telah melakukan kajian kemungkinan penetapan kejadian luar biasa (KLB) program MBG setelah keracunan massal menimpa ratusan siswa di sejumlah kabupaten di provinsi ini.

Kasus keracunan massal di antaranya di Kabupaten Sleman yang dilaporkan menimpa 393 siswa sejak Agustus 2025, di Kulon Progo mencapai 497 siswa, dan Gunungkidul sebanyak 19 siswa.

Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.