Bantul (ANTARA) - Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebutkan Jembatan Kabanaran yang menghubungkan wilayah selatan Kabupaten Bantul dengan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi infrastruktur yang strategis bagi daerah di Provinsi DIY bagian selatan.
Jembatan yang berada di jalur jalan lintas selatan (JJLS) tersebut awalnya diberi nama Jembatan Pandansimo, namun ketika diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada Rabu, berubah nama menjadi Jembatan Kabanaran.
"Mulai hari ini jembatan yang baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto yaitu Jembatan Kabanaran ini secara resmi sudah dinyatakan berlaku, dan jembatan ini jembatan yang strategis bagi Bantul, bagi Kulon Progo dan DIY," kata Bupati usai peresmian di Bantul, Rabu.
Menurut dia, jembatan penghubung wilayah selatan Bantul dan Kulon Progo tersebut menjadi strategis karena menopang aksesibilitas seluruh wilayah yang ada di selatan DIY.
"Konektivitas di wilayah selatan DIY menjadi demikian terbuka, dan pastilah Bantul akan memperoleh satu keuntungan yang berpotensi untuk mengembangkan investasi pariwisata di kawasan selatan ini," katanya.
Bupati Halim mengatakan terlebih Kabupaten Bantul saat ini terus mengembangkan kawasan pantai selatan agar bisa menjadi destinasi unggulan di DIY, mengingat sudah ada Jembatan Kretek II dan Jembatan Kabanaran.
"Apalagi dengan Pantai Parangtritis sebagai ikon pariwisata Bantul, sehingga Pantai Pandansimo ini yang berada di ujung barat Bantul ini makin memiliki daya tarik," katanya.
Jembatan Kabanaran yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dengan panjang keseluruhan 2.300 meter dan jembatan utama sepanjang 675 meter tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp863,7 miliar.
Pembangunan jembatan yang terletak di Desa Poncosari, Srandakan, Kabupaten Bantul dan Desa Banaran, Galur Kabupaten Kulon Progo di JJLS tersebut diselesaikan dalam waktu 579 hari atau sejak 17 November sampai 20 Juni 2025 dan diresmikan pada Rabu (19/11).
