Sutradara: "Senyap" bukan untuk mengorek luka lama

id sutradara: senyap bukan

Sutradara: "Senyap" bukan untuk mengorek luka lama

Film "Senyap" (Foto antaranews.com)

Jakarta (Antara Jogja) - Sutradara Joshua Oppenheimer mengatakan film dokumenter garapannya berjudul "Senyap" atau "Look of Silence" tidak memiliki tujuan mengorek luka lama antara masyarakat dengan para penyintas atau korban Tragedi 1965.

"Masa lalu tak akan berlalu selama ancaman masih terus membuat kita terlalu takut mengakui apa yang telah terjadi atau untuk menyuarakan makna peristiwa di masa lalu," kata Joshua saat menggelar konferensi jarak jauh dengan wartawan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin.

Dia mengatakan "Senyap" menghadirkan pelanggaran HAM serius bagi korban dan keluarganya karena dianggap tersangkut Partai Komunis Indonesia.

Meski begitu, dia mengakui tidak sedang membela sebuah ideologi lewat film. Akan tetapi, dia ingin agar masyarakat menyadari bahwa ada pelanggaran HAM bagi keluarga yang tersangkut Gerakan 30 September.

Film "Look of Silence" sendiri merupakan karya dokumenter kedua Joshua tentang Pelanggaran HAM di Indonesia setelah film "The Act of Killing" atau "Jagal". Dia melibatkan banyak pihak termasuk kerabat kerja dari Indonesia yang namanya sengaja disembunyikan.

Joshua merangkai film kisah nyata berisi penuturan dari para korban dan pelaku pelanggaran HAM serius bagi penyintas Tragedi 1965. Film tersebut mengambil latar belakang pembantaian massal 1965 oleh masyarakat di Sumatera Utara yang dikoordinir oleh militer.

Mengambil sudut pandang orang kedua bernama Adi Rukun, film tersebut mengisahkan kisah nyata pengakuan korban dan pelaku pembantaian.

Adi yang merupakan adik korban pembantaian, Ramli, mewawancarai korban dan pelaku. Bermacam pihak yang diwawancarainya seperti ibu dan ayahnya yang kini telah renta, para pembunuh dan penyiksa Ramli, para koordinator aksi pembantaian dan pihak-pihak terkait lainnya.

Joshua berharap film tersebut dapat memancing kesadaran penonton untuk turut andil dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM di masa lalu, dalam hal ini pembantaian tahun 1965 kepada orang komunis dan orang-orang yang dicurigai komunis.

Menurut dia, para penyintas Tragedi 1965, seperti keluarga Adi Rukun, yang diduga terkait dengan komunisme mendapatkan perlakuan diskriminatif. Untuk itu, melalui film "Senyap" dia ingin menghadirkan kepada masyarakat tentang kenyataan kehidupan para korban diskriminasi masyarakat dari sudut pandang keluarga penyintas.

"Tanpa mengakui dan menyuarakan makna masa lalu terkait perlakuan diskriminatif oleh para pelakunya, maka kita tunduk pada ketakutan dan menyerah kepada ancaman para pelaku," kata dia.

(A061)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024