Waspadai produk benang buangan China

id waspadai produk benang buangan china

Waspadai produk benang buangan China

Ilustrasi produk benang impor (Foto indonetwork.co.id)

Jakarta (ANTARA Jogja) - Asosiasi Produsen Synthetic Indonesia atau Apsyfi mengimbau Indonesia mewaspadai produk benang buangan China, terutama produk sektor hulu seperti serat dan benang.

"Menurunnya ekspor China berdampak pada negara berpenduduk besar yang akan dijadikan pasar buangan produk yang tidak bisa diekspor ke Amerika Serikat (AS) maupun Eropa, karena kapasitas produksi mereka sangat besar, terlebih untuk produk sektor hulu, seperti serat dan benang," kata Sekretaris Jenderal Apsyfi Redma Gita Wiraswasta dalam rilis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Akibatnya, kata dia, negara produsen benang dan kain, seperti Indonesia dan Brazil akan menjadi target utama barang buangan China
   
Untuk sektor serat dan benang polyester, lanjut Redma, pada 2011 produksi serat polyester (PSF) China naik 15 persen atau menjadi 28 juta ton, sedangkan pada kuartal pertama 2012 ekspor benang pintal polyester ke AS turun 42 persen atau sekitar 700 ribu ton.

"Artinya produsen PSF China gagal menjual 700 ribu ton PSF ke pasar domestik karena ekspor benang ke AS turun. Kalau ditambah dengan penurunan ekspor ke Eropa diperkirakan bisa mencapai 1,5 juta ton, bisa dibayangkan berapa besar stok PSF dan benang pintal polyester yang mereka punya saat ini yang siap dibuang ke pasar ekspor, termasuk Indonesia," kata Redma.

Ia mengungkapkan serat dan benang asal China tersebut akan diekspor dengan harga yang tidak menentu, bisa mahal atau murah, karena produsen China juga akan semakin rugi jika stok produk itu disimpan terlalu lama.

"Harga normal akan dijual dipasar domestik. Kalau domestik tidak bisa menyerap, maka mereka (China) akan buang ke Indonesia dengan harga di bawah produsen kita, sehingga terjadilah dumping," kata Redma.

Menurut dia, meskipun untuk PSF sudah dikenakan Anti Dumping, lima produsen besar China tetap tidak terkena. Jadi, kalau ada lonjakan impor lagi dari China, maka kami akan segera meminta Bea dan Cukai serta
Kementerian Perdagangan untuk melakukan investigasi asal barang.

"Karena kami mensinyalir kelima perusahaan tersebut mengekspor barang yang bukan miliknya, yang seharusnya dikenakan bea masuk Anti-Dumping sebesar 11,94 persen," kata Redma.

Sedangkan untuk benang pintal polyester, Redma menyarankan agar segera dilakukan inisiasi Anti-Dumping karena dalam beberapa bulan kedepan produsen PSF dan Benang Pintal akan mengalami tekanan.

"Namun, bukan hanya serat dan benang saja, kain dan garment pun harus diwaspadai karena trend ekspor China yang terus turun yang siap menjadikan pasar Indonesia sebagai buangan yang secara signifikan akan menekan kinerja industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) kita," katanya.

Sebagai informasi, krisis yang tengah melanda Uni Eropa dan AS berdampak pada China sebagai produsen terbesar Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dunia. Pada Januari -Februari 2012, ekspor garmen China turun 2,5 persen, sedangkan ekspor tekstil turun 2,6 persen.

Sementara itu, pada April 2012 ekspor garmen China sedikit tumbuh sekitar 1 persen, namun ekspor tekstil tetap turun 0,3 persen, sehingga trend empat bulan pertama 2012 dapat dikatakan ekspor TPT China mengalami penurunan.

(R027)