Masyakat Kulon Progo kembangkan Nata De Coco

id Masyakat Kulon Progo kembangkan Nata De Coco

Masyakat Kulon Progo kembangkan Nata De Coco

Masyarakat Kulon Progo, kembangkan nata de coco. (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (ANTARA Jogja) - Masyarakat Kecamatan Galur Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan nata de coco sebagai industri rumah tangga yang sangat menjanjikan.

"Kami mengembangkan usaha kecil ini sudah satu tahun terakhir dan atas bantuan Anam, pengumpul dari Kabupaten Sleman," kata Ponikem di Kulon Progo, Senin.

Usaha nata de coco yang dirintis berawal dengan banyaknya industri virgin coconut oil (VCO) di Kecamatan Galur dan Lendah yang membeli air kelapa setiap liternya Rp100 yang kemudian ditampungnya dalam penampungan dan kemudian dimasak sampai mendidih.

Setelah itu dituangkan dalam nampan yang telah disterilkan.

"Sampai saat ini, hasil pembuatan nata de coco memuaskan. Kami selalu menjaga kualitas hasil produksi. Selain itu, pemilik VCO juga tidak melakukan kecurangan dengan mencampur air pada air kelapa, sehingga hasil produksi nata de coco selalu bagus," kata Ponikem.

Untuk mengembangkan usahanya, kata Ponikem, dirinya selalu mengikuti berbagai penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) DI Yogyakarta, dan berbagai penyuluhan tentang usaha kecil yang diberikan dari pemerintah kabupaten (pemkab).

Kata dia, Dinas Kesehatan Kulon Progo pernah melakukan peninjaun lokasi usahanya. Begitu juga dengan Puskesmas Galur mengambil sampel air sumur untuk dilakukan uji laboratorium.

"Berdasarkan hasil dari Dinkes, lokasi Industri Rumah Tangga (IRT) masih kurang. Hasil uji laboratorium atas air sumur sangat bagus dan dapat mendukung usaha pembuatan nata de coco," kata dia.

Dia mengatakan, pihaknya sangat membutuhkan bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha nata de coco. Terutama untuk membuat tempat pengembangan nata de coco mulai dari memasak air kelapa hingga penyimpanan. Untuk membuat tempat pembuatan nata de coco dengan standart yang ditetapkan Dinkes membutuhkan anggaran sedikitnya Rp25 juta. Selain itu, untuk membeli peralatan pengemasan cukup mahal, seperti alat pres harganya Rp5 juta, gelas satu karung Rp500 ribu.

"Rencananya, dengan memiliki tempat yang memenuhi standart kesehatan, kami akan melakukan pengemasan nata de coco secara mandiri dan dipasarkan di minimarket dan pasar-pasar. Tapi, untuk sementara ini, kami masih mengumpulkan modal," kata dia.

Seorang pengembang nata de coco, Iko mengatakan, keuntungan yang didapat dalam mengembangkan usaha ini cukup lumayan. Karena bahan baku sangat mudah didapat dan pemasarannya cukup potensial.

"Bagi masyarakat di Kulon Progo yang ingin mengembangkan pembuatan nata de coco, kami siap memberikan pelatihan," kata dia.

(KR-STR)